Kisah Pilu di Balik Tragedi Mutilasi Tiara, Perjuangan Seorang Ayah yang Hancur Berantakan
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Kisah Pilu di Balik Tragedi Mutilasi Tiara, Perjuangan Seorang Ayah yang Hancur Berantakan

    Kabartujuhsatu
    Selasa, 09 September 2025, September 09, 2025 WIB Last Updated 2025-09-09T17:40:47Z
    masukkan script iklan disini


    Lamongan, Kabartujuhsatu.news, Tragedi pembunuhan sadis yang menimpa Tiara Angelina Saraswati, mahasiswi asal Lamongan, meninggalkan luka mendalam bukan hanya bagi masyarakat, tetapi terlebih lagi bagi keluarga kecil yang selama ini berjuang bersama dalam keterbatasan.


    Di balik headline berita tentang mutilasi, tersimpan kisah getir seorang ayah, Setiawan Darmadi, yang hatinya kini hancur berkeping-keping.


    Bagi banyak orang, Tiara adalah korban kejahatan yang keji. Namun bagi Darmadi, Tiara bukan hanya seorang anak. Ia adalah alasan untuk terus berjuang, motivasi yang membuat dirinya dan sang istri rela menguras tenaga setiap hari demi memberi kehidupan yang layak untuk kedua buah hati mereka.


    Gerobak Sempol di Depan Masjid Agung


    Sehari-hari, Darmadi dan istrinya mengais rezeki dari sebuah gerobak sempol yang sederhana.


    Gerobak itu mangkal di depan Masjid Agung Lamongan, menjadi tumpuan hidup keluarga kecil mereka.


    Sebelum berjualan sempol, pasangan suami istri ini pernah menjajakan es tebu, namun karena penghasilan yang tidak menentu, mereka memutuskan untuk beralih usaha.


    “Yang penting halal, bisa untuk makan anak-anak dan sekolah,” begitu prinsip sederhana yang mereka pegang.


    Hasil dari tetes keringat itulah yang akhirnya mampu menyekolahkan Tiara hingga perguruan tinggi. Sang kakak menjadi kebanggaan keluarga, sementara sang adik, Rani, kini masih duduk di bangku SMA.


    Kabar Duka yang Menghancurkan


    Namun kebanggaan itu berubah jadi duka mendalam. Saat kabar mengejutkan datang bahwa Tiara menjadi korban mutilasi di Mojokerto, dunia Darmadi runtuh seketika.


    Bersama sang istri, ia langsung berangkat ke Mojokerto, menelusuri kabar memilukan itu, sembari menahan rasa sakit yang tak terbayangkan.


    Di rumah mereka di Desa Made, Lamongan, tinggallah Rani seorang diri. Remaja belia itu harus menanggung syok hebat, menahan tangis di tengah sepi rumah yang biasanya ramai oleh canda keluarga.


    Perangkat Desa pun sempat datang untuk menyampaikan belasungkawa, sebelum akhirnya Rani dijemput oleh pamannya.


    Kini, rumah sederhana itu sunyi. Kursi-kursi kosong menjadi saksi bisu hilangnya kebahagiaan.


    Gerobak Kosong, Labirin Duka


    Gerobak sempol yang biasanya ramai dengan pembeli kini terbengkalai. Tak ada lagi teriakan khas “Sempol, sempol!” yang dulu akrab di telinga masyarakat sekitar masjid.


    Hanya gerobak kosong yang berdiri di tepi jalan, simbol kepergian sementara sang pemilik yang kini sedang terjebak dalam labirin duka, berusaha mengumpulkan potongan demi potongan jasad anaknya.


    Tragedi ini bukan hanya merenggut nyawa seorang anak, tetapi juga merobek utuh ikatan keluarga yang selama ini bertahan dalam perjuangan.


    Potret Keluarga yang Hancur


    Kehidupan keluarga kecil Darmadi adalah potret nyata bagaimana orang tua rela mengorbankan segala tenaga dan waktu demi anak-anaknya. Namun dalam sekejap, kebahagiaan itu sirna oleh kejamnya tangan manusia yang kehilangan nurani.


    Kini, Rani harus tumbuh dengan luka yang dalam, sementara ayah dan ibunya tenggelam dalam duka yang sulit disembuhkan.


    Kisah ini menjadi pengingat bagi kita semua, betapa besar kasih sayang orang tua, sekaligus betapa rapuhnya kebahagiaan yang bisa hilang dalam sekejap karena kebiadaban.


    (Redho) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini