Revolusi Mental Untuk Sopir Angkot, Kapan Dievaluasi?
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates


    Daftar Blog Saya

    Revolusi Mental Untuk Sopir Angkot, Kapan Dievaluasi?

    Kabartujuhsatu
    Minggu, 05 September 2021, September 05, 2021 WIB Last Updated 2021-09-06T02:03:36Z
    masukkan script iklan disini
    Dinamika Jaklingko di Tanah Abang.

    Kabartujuhsatu.news,- Untuk terobosan transportasi di Jakarta, Gubernur DKI Jakarta DR Anies Baswedan patutlah diancungi jempol. Bayangkan saja, lebih 3 tahun terakhir konsep Jaklingko telah membantu anggota masyarakat yang bekerja naik turun angkutan umum.

    Relatif bisa menghemat Rp 10.000 per hari dari Palmerah ke Stasiun Tanabang dengan Angkot Jaklingko merupakan sebuah langkah revolusioner yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta kepada 1 orang warga Jakarta.

    Bayangkan jika ada 200.000 orang pengguna Jaklingko per hari di Jakarta. Sudah menghemat Rp. 2.000.000.000 uang rumah tangga yang tidak keluar karena jasa Anies Baswedan membangun moda transportasi Jakarta Lingkar Kota (Jaklingko).


    Sayangnya, mental para sopir tidak dibenahi oleh Gubernur DKI Jakarta DR.Anies Baswedan. Hingga saat ini tidak ada WC umum yang disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk para sopir angkot Jaklingko.

    Dampak buruk yang dirasakan oleh para penumpang yang turun di deretan angkot Jaklingko terpaksa harus mencium "Aroma Parfum Paris".

    Diperkirakan 99,99 persen sopir angkot lebih lebih memilih kencing di balik kendaraan yang berhenti. Akibatnya, "parfum Paris" yang tidak sedap mengemuka saat penumpang berjalan ke arah Stasiun Tanabang atau menuju Halte Transjakarta yang berada di urutan depan sekali atau berjalan sekitar seratusan meter lagi.

    Kemana dana yang keluar untuk membangun mental anak bangsa dengan "Revolusi Mentalnya"? Andai saja ada audit yang benar, pasti ditemukan kebohongan baru yang tidak masuk kategori hoax tulisan ini. 

    Published : Suta Widya
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini