Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Upaya menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bebas dari kekerasan terus digencarkan oleh Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) SD Negeri 7 Salotungo.
Melalui sebuah surat himbauan resmi, tim tersebut meminta seluruh wali kelas dan guru mata pelajaran untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan pemantauan aktif terhadap kondisi emosional serta interaksi sosial siswa selama berada di lingkungan sekolah.
Surat tersebut menekankan bahwa tindakan preventif harus dilakukan secara menyeluruh—mulai dari saat proses pembelajaran berlangsung, ketika siswa berada di luar kelas pada waktu istirahat, hingga setelah jam pelajaran berakhir.
TPPK menegaskan bahwa pencegahan sejak dini adalah langkah paling efektif untuk memastikan keamanan peserta didik.
Dalam surat itu disampaikan dengan tegas:
“Langkah ini bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan serta menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan kondusif bagi seluruh murid.”
Ketua TPPK SD Negeri 7 Salotungo, Irwan, S.Pd, menjelaskan bahwa guru dan wali kelas memiliki posisi penting dalam mendeteksi potensi terjadinya konflik atau kekerasan.
Menurutnya, guru merupakan pihak yang paling sering berinteraksi langsung dengan siswa sehingga dapat mengidentifikasi perubahan perilaku maupun dinamika hubungan antarteman.
“Dengan pemantauan aktif dan komunikasi yang baik antara guru, murid, dan orang tua, kita bisa mencegah hal-hal negatif dan mendukung tumbuh kembang anak secara optimal,” ujar Irwan.
Ia menambahkan bahwa pembentukan karakter positif dan suasana belajar yang nyaman tidak bisa hanya mengandalkan aturan sekolah semata, tetapi harus diwujudkan melalui kolaborasi semua pihak.
Kepala Sekolah SD Negeri 7 Salotungo, Abdul Asis, S.Pd.I, menyampaikan apresiasi kepada seluruh guru, wali kelas, dan pihak terkait atas kerja samanya dalam menjaga lingkungan sekolah tetap aman dan kondusif.
Dalam pernyataannya, ia menegaskan komitmen sekolah untuk memberikan dukungan penuh kepada TPPK dalam menjalankan tugasnya.
“Sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak. Oleh karena itu, kenyamanan dan keamanan mereka menjadi prioritas utama kami,” ujarnya.
Ia berharap seluruh tenaga pendidik semakin proaktif dalam mengamati perilaku siswa, membangun dialog yang positif, serta menciptakan suasana yang dapat mendorong anak untuk saling menghargai.
SD Negeri 7 Salotungo menegaskan bahwa upaya pencegahan kekerasan bukan sekadar kewajiban administratif, tetapi merupakan komitmen jangka panjang untuk membangun sekolah sebagai ruang belajar yang sehat, positif, dan inklusif.
Sekolah berupaya memastikan bahwa setiap peserta didik merasa aman secara fisik maupun emosional, dihargai keberadaannya, serta diberi kesempatan berkembang sesuai potensi yang dimiliki.
Langkah-langkah preventif yang dilakukan TPPK diharapkan mampu menciptakan budaya sekolah yang antisipatif, peduli, dan responsif terhadap kebutuhan murid.
Dengan demikian, sekolah dapat menjadi tempat yang benar-benar mendukung pembentukan karakter, kreativitas, dan perkembangan moral anak.
(Red)



