Solusi Keluarga di Era Perselingkuhan Digital, Ancaman Baru bagi Anak dan Fondasi Rumah Tangga
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Solusi Keluarga di Era Perselingkuhan Digital, Ancaman Baru bagi Anak dan Fondasi Rumah Tangga

    Kabartujuhsatu
    Selasa, 02 Desember 2025, Desember 02, 2025 WIB Last Updated 2025-12-03T04:13:00Z
    masukkan script iklan disini


    Surabaya, Kabartujuhsatu.news, Fenomena perselingkuhan digital kini semakin meresahkan masyarakat modern. Meningkatnya kasus hubungan gelap melalui media sosial, komunikasi tersembunyi lewat aplikasi pesan, hingga pasangan suami-istri yang hidup satu rumah namun saling menjauh, menjadi potret umum keluarga masa kini.


    Banyak pasangan yang masih terikat status pernikahan, tetapi tidak lagi memahami bagaimana cara menjadi pasangan yang sejati, baik secara emosional maupun spiritual.


    Ketika kondisi ini berlangsung, anak menjadi pihak yang paling terluka meski sering kali tak mampu mengungkapkannya secara langsung.


    Luka itu hanya tampak lewat perubahan perilaku, suasana hati, atau penurunan prestasi anak.


    Menurut Ustadz Ruman Nasruddin, M.Pd.I, Pembicara Parenting Islami dan Konsultan Pembinaan Keluarga Harmonis, akar utama keretakan keluarga modern adalah hilangnya tiga pilar penting: kedekatan spiritual, kedekatan emosional, dan keharmonisan komunikasi antara suami dan istri.


    “Mendidik anak harus dimulai dari mendidik hubungan ayah dan bunda terlebih dahulu,” ujarnya saat memberikan keterangan kepada awak media. Selasa (2/11/2025).


    5 Pilar Mengapa Harmoni Orangtua Menjadi Fondasi Pendidikan Anak. 


    1. Anak Menyerap Energi Rumah Lebih Kuat daripada Nasihat. 


    Anak memiliki sensitivitas emosi yang sangat halus. Mereka mempelajari ekspresi wajah dan atmosfer rumah setiap hari.


    Rumah penuh cinta → anak merasa dunia ini aman dan baik. 


    Rumah penuh konflik → anak tumbuh dengan rasa takut dan cemas. 


    Tak jarang orangtua mengira anak “belum mengerti”, padahal mereka menyerap hampir semua perubahan suasana hati di rumah.


    2. Rumah Harmonis Mencegah Luka Batin


    Setiap pertengkaran orangtua merupakan trauma kecil bagi anak. Dampaknya bisa berupa: mudah marah,sangat sensitif, sulit fokus di sekolah, membangkang, atau justru menjadi penakut.


    Ketenangan emosional merupakan hak dasar yang harus diterima setiap anak sejak dini.


    3. Cinta Ayah-Bunda Menjadi Blueprint Cinta Anak di Masa Depan. 


    Anak belajar tentang cinta bukan dari pelajaran sekolah, tetapi dari bagaimana ayah dan ibunya saling memperlakukan. Hubungan orangtua yang saling mengkhianati atau merendahkan akan membentuk persepsi salah tentang cinta.


    Sebaliknya, ketika orangtua saling menghargai: anak tumbuh dengan standar cinta yang sehat dan terhormat, anak menghidupi nilai kasih sayang yang ia saksikan setiap hari.


    4. Pendidikan Lebih Efektif Saat Orangtua Bersatu. 


    Ketidakkompakan pasangan sering membuat anak memilih salah satu pihak untuk menghindari aturan atau tanggung jawab. Namun ketika ayah dan bunda bersatu:  arahan diterima lebih mudah, anak lebih terbuka, aturan berjalan dengan aman tanpa tekanan.


    Inilah fondasi lingkungan pendidikan keluarga yang kondusif.


    5. Anak Merasa Dicintai Secara Utuh. 


    Masa kecil adalah rekaman permanen dalam memori kehidupan. Jika masa itu diwarnai pelukan, senyuman, dan kebersamaan, anak tumbuh dengan keyakinan:


    “Aku berharga dan layak bahagia.”


    Keyakinan ini menjadi pondasi kesehatan mental yang tak bisa diganti dengan prestasi atau fasilitas sekolah.


    Perselingkuhan: Bukan Sekadar Dosa, Tapi Menghancurkan Generasi. 


    Perselingkuhan dalam rumah tangga tidak hanya melukai pasangan, tetapi juga mencabut sosok teladan dari anak. Banyak kasus menunjukkan bahwa anak yang tumbuh di tengah perselingkuhan orangtua cenderung:bsulit mempercayai orang lain, takut menikah, atau bahkan mengulang pola yang sama di masa depan.


    Melihat kondisi ini, Ustadz Ruman menawarkan pendekatan Spiritual Parenting sebagai terapi keluarga. Pendekatan ini meliputi: penguatan iman dan kecintaan kepada Allah, perbaikan komunikasi suami-istri, menghidupkan kembali kehangatan rumah, dan penyembuhan luka hati kedua pasangan.


    “Ketika cinta kembali kepada Allah, cinta itu lebih mudah kembali pada pasangan dan anak,” ujarnya.


    Kesimpulan. Harmoni orangtua adalah kurikulum utama pendidikan anak, Jauh lebih penting daripada fasilitas sekolah maupun prestasi akademik, Keluarga yang kuat akan melahirkan generasi yang kuat. Menjaga cinta ayah dan bunda berarti menjaga masa depan anak.


    (Redho) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini