Mengurai Luka Politik Soppeng, Rekonsiliasi adalah Jalan Maju
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Mengurai Luka Politik Soppeng, Rekonsiliasi adalah Jalan Maju

    Kabartujuhsatu
    Senin, 19 Mei 2025, Mei 19, 2025 WIB Last Updated 2025-05-19T08:39:35Z
    masukkan script iklan disini


    Oleh Herwan, SH, M. Si


    Pilkada Soppeng telah berakhir secara formal, tetapi gema emosionalnya masih terasa dalam denyut sosial masyarakat.


    Dalam pesta demokrasi lokal ini, kemenangan adalah keniscayaan bagi satu pihak, dan kekalahan adalah realitas pahit bagi pihak lain.


    Namun yang lebih penting dari sekadar siapa yang menang atau kalah adalah bagaimana masyarakat Soppeng bersikap setelah pemilu usai.


    Kita harus jujur mengakui, Pilkada bukan hanya menciptakan pemimpin baru, tetapi juga potensi luka-luka sosial yang mendalam.


    Polarisasi antar pendukung yang menjalar hingga ke dalam lingkungan keluarga dan komunitas menjadi bukti bahwa kita masih belajar dewasa dalam berdemokrasi.


    Dalam ruang publik maupun ruang digital, konflik verbal dan prasangka politik kerap melampaui batas nalar sehat. Ini adalah bahaya laten yang tak boleh dibiarkan tumbuh liar.


    Pemimpin terpilih kini memegang tanggung jawab moral yang lebih besar dari sekadar mengelola pemerintahan, mereka harus menjadi jembatan rekonsiliasi.


    Merangkul bukan hanya mereka yang memilihnya, tetapi juga mereka yang berbeda pilihan. Sebab, hanya dengan kebesaran jiwa dalam merangkul semua lapisan, kepercayaan rakyat dapat pulih, dan stabilitas sosial bisa dijaga.


    Di sisi lain, masyarakat juga harus mulai membuka ruang maaf dan mengikis dendam politik.


    Demokrasi tidak akan pernah sehat bila masyarakat terus terjebak dalam narasi “kami” versus “mereka”.


    Yang dibutuhkan sekarang adalah membangun kembali ruang-ruang pertemuan, dialog lintas kubu, dan forum bersama yang bertujuan mengobati luka politik secara kolektif.


    Gagasan pembentukan tim rekonsiliasi non-formal patut didukung dan diperkuat.


    Ini bukan soal struktur kelembagaan, tetapi soal keikhlasan dan komitmen untuk mempertemukan yang retak dan menghangatkan yang membeku.


    Jika elite politik dan tokoh masyarakat bersedia memfasilitasi, maka simpul-simpul konflik horizontal bisa segera dilonggarkan.


    Lebih jauh, pengingat terbesar adalah janji-janji kampanye.


    Rakyat telah memberikan mandat, dan mandat itu bukan sekadar angka dalam kotak suara, melainkan harapan konkret akan perubahan, jalan yang layak, layanan kesehatan yang adil, pendidikan yang berkualitas, dan perhatian pada ekonomi rakyat kecil. Bila janji tinggal janji, luka politik akan terus bernanah.


    Mari kita ingat, demokrasi bukan tentang siapa yang lebih kuat, tetapi tentang siapa yang mampu memelihara harapan bersama.


    Pilkada adalah batu loncatan, bukan ujung perjalanan. Kini saatnya semua pihak, elite, tokoh agama, masyarakat sipil, dan pemuda, bersatu membangun kembali Soppeng yang damai, matang secara politik, dan sejahtera secara merata.


    Penulis adalah pimpinan redaksi Kabartujuhsatu.news


    (*)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini