Blitar, Kabartujuhsatu.news, Majelis Sabilu Taubah Blitar kembali menghadirkan suasana hangat penuh hikmah melalui gelaran acara sharing inspiratif bersama dua tokoh muda yang tengah menjadi rujukan banyak kalangan santri dan masyarakat, yakni Ustadz Nafi Unnas, alumni Pondok Modern Darussalam Gontor, serta Gus Iqdam, dai muda karismatik alumni Pesantren Al-Falah Ploso. Selasa (9/12/2025).
Acara ini disambut antusias oleh para santri dan jamaah, yang memanfaatkan forum tersebut untuk memperdalam wawasan terkait peran dan identitas santri di tengah perkembangan zaman yang terus berubah.
Dalam pemaparannya, Gus Iqdam menegaskan bahwa menjadi santri bukanlah status sementara selama menempuh pendidikan di pondok pesantren.
Menurutnya, identitas kesantrian adalah bekal moral dan etika hidup yang harus terus melekat meski seseorang telah terjun ke berbagai profesi dan ranah kehidupan.
“Dimanapun kita berada dan apapun profesi kita, kita harus tetap menunjukkan sikap kesantrian. Karena itulah yang membedakan kita, itulah yang menjadi bekal moral dari pesantren,” ujar Gus Iqdam di hadapan ratusan peserta.
Ia menambahkan bahwa nilai-nilai utama pesantren—seperti tawadhu’, adab, kejujuran, dan akhlak mulia—adalah prinsip yang tidak boleh luntur, justru harus semakin tampak dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, perubahan zaman tidak boleh menjadi alasan hilangnya karakter kesantrian.
Senada dengan itu, Ustadz Nafi Unnas menyoroti bahwa santri generasi sekarang menghadapi medan dakwah dan tantangan sosial yang jauh lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Dunia digital, derasnya arus informasi, serta perubahan kultur masyarakat menuntut santri untuk terus meningkatkan kapasitas diri.
“Santri hari ini harus adaptif, tapi tetap berpegang pada prinsip. Kita tidak boleh kehilangan jati diri. Santri harus bisa menjadi perekat umat,” ungkap Ustadz Nafi.
Ia juga menekankan bahwa santri harus tetap menjunjung tradisi keilmuan pesantren, sembari membuka diri terhadap kemajuan dan teknologi, agar mampu menjawab kebutuhan masyarakat modern tanpa terlepas dari nilai-nilai yang diwariskan para ulama.
Forum diskusi yang berlangsung hangat tersebut memberikan suntikan motivasi bagi para santri untuk lebih mantap menjalani perjalanan spiritual dan intelektual mereka.
Para peserta mengaku mendapatkan sudut pandang baru, terutama mengenai bagaimana seorang santri tetap relevan dan bermanfaat di tengah dinamika masyarakat.
Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa identitas santri bukan hanya tentang tempat mereka belajar, melainkan tentang cara mereka hidup, bersikap, dan memberi manfaat, di manapun mereka berada.
Pesan mendalam dari kedua narasumber diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para santri untuk terus menjaga integritas, memperkuat kompetensi, dan berkontribusi positif bagi umat.
(Redho)



