Oleh: Darmawati Alimuddin
Di sela jam istirahat siang yang terik, di depan gerbang kantor, saya bertemu Pak Amrayadi Manager Sewo Junior.
Wajahnya sederhana, matanya teduh, tapi dari tatapannya tersimpan cerita yang sarat perjuangan.
Beberapa waktu lalu saya mendengar kisah yang menggetarkan hati tentang anak-anak didiknya di Sewo FC Junior, klub sepak bola amatir yang kini jadi kebanggaan kecil dari kaki Gunung Sewo, Kabupaten Soppeng.
Sewo FC Junior bukan Sekolah Sepak Bola (SSB) besar, bukan pula klub dengan sponsor berlimpah.
Mereka hanyalah sekumpulan anak-anak Desa dengan semangat besar dan bola usang di kaki mereka. Namun siapa sangka, tim kecil ini berhasil lolos dan mengikuti Premier League U-12 Piala Menpora Apsumsi III Seri di Magelang.
Kebahagiaan pun membuncah. Nama Soppeng terangkat, impian untuk berlaga di ajang nasional akhirnya terwujud.
Tetapi, seperti kebanyakan kisah perjuangan di pelosok negeri, rasa bahagia itu tak lama berselang diselimuti kegelisahan: biaya dari mana?
Perjalanan ke Magelang bukan hal sepele. Bahkan untuk berangkat ke Sidrap saja mereka harus menumpang truk dan mengandalkan donasi masyarakat. Harapan hampir pupus. Namun, di situlah keajaiban kecil bermula.
Gotong Royong yang Menghidupkan Asa
Melalui pemberitaan di media lokal, kisah mereka menggema. Dari warung kopi hingga grup WhatsApp warga, dari para perantau hingga tokoh daerah, semangat Yasisoppengi, semangat bersatu saling bantu, kembali menyala.
Sumbangan kecil mengalir dari banyak tangan, bukan karena harta, melainkan karena cinta terhadap generasi muda kampung halaman.
Donasi itu bukan sekadar uang, itu simbol harapan. Masyarakat Soppeng menunjukkan bahwa menjaga asa anak-anak Sewo FC Junior berarti menjaga masa depan mereka sendiri. Dalam kesederhanaan, ketulusan itu terasa begitu nyata.
Kalah Tapi Menang di Hati
Setibanya di Magelang, perjuangan itu mencapai puncaknya. Meski pada akhirnya Sewo FC Junior harus mengakui keunggulan lawan, mereka pulang bukan dengan tangan hampa.
Tim Junior Premier League Select (JPL) memberikan pengakuan atas semangat juang dan teknik permainan anak-anak dari kaki Gunung Sewo.
Tak tanggung-tanggung, tiga pemain muda dari Sewo FC Junior dipilih untuk bergabung dengan JPL Select, mewakili tim dalam Kejurnas Piala Menpora di Jakarta, 17–19 Oktober 2025.
Pak Amrayadi, sang Manajer, hanya bisa mengusap dahi sambil tersenyum haru.
Mungkin dalam hatinya ia tahu, kerja keras dan air mata mereka tak sia-sia.
Antifragile di Lapangan dan Kehidupan
Kisah ini mengingatkan saya pada konsep antifragile dalam buku Ikigai, bahwa kesulitan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk menguatkan.
Anak-anak Sewo FC Junior adalah cerminan nyata dari konsep itu. Mereka tidak retak oleh keterbatasan, justru tumbuh melampaui rintangan.
Dari keterbatasan fasilitas, mereka belajar kreativitas. Dari perjalanan yang sulit, mereka belajar ketabahan. Dan dari setiap kekalahan, mereka belajar arti kemenangan yang sesungguhnya: kemenangan terhadap diri sendiri.
Menanam Harapan di Tanah yang Subur Nilai
Bisa jadi dari kaki Gunung Sewo, suatu hari akan lahir “Luca Modric” atau “Jamie Vardy” baru, pemain dunia yang tumbuh dari perjuangan keras, bukan dari kemewahan. Tapi lebih dari itu, kisah ini menyiratkan pelajaran penting bagi kita semua: bahwa talenta muda di pelosok negeri hanya membutuhkan sedikit kepercayaan dan dukungan untuk bersinar.
Seperti kata legenda sepak bola Pelé,
“Sukses bukanlah kebetulan, tetapi hasil dari kerja keras, ketekunan, pembelajaran, pengorbanan, dan yang paling penting, cinta pada apa yang kamu lakukan.”
Dan cinta itulah yang kini berdenyut kuat di kaki Gunung Sewo, di antara rumput lapangan sederhana, di bawah langit biru Soppeng, tempat anak-anak kecil menendang bola sambil membawa mimpi besar mereka ke masa depan.
Dipublikasikan : K71
Soppeng (15/10/2025)