Pertemuan singkat di gerbang KPU Soppeng siang itu menghadirkan momen penuh makna. “Pak, kisah Sewo Junior sangat menginspirasi. Tentang perjuangan dan semangat Yassisoppengi,” ujar Darmawati Alimuddin kepada Amrayadi Arafah, SH, MH mantan Ketua KPU sekaligus Ketua Bawaslu Soppeng saat berbincang dengan nada penuh ketulusan. Rabu (15/10/2025).
“Beberapa kali saya ingin menulis tentang Sewo Junior yang telah mengubah pola pikir masyarakat Soppeng bahwa kemewahan bukanlah kunci utama kesuksesan.” kata Darmawati Alimuddin.
Sementara itu, Bagi Amrayadi purna tugas bukan akhir perjalanan, melainkan awal pengabdian baru.
“Saat purna tugas, bagi saya adalah masa pengabdian untuk kemaslahatan.
"Tuhan mungkin menakdirkan saya mengimplementasikan pengalaman dan ilmu untuk tanah kelahiran, baik melalui pembangunan masjid maupun pembinaan anak usia dini.
"Untuk apa segudang pengalaman organisasi jika tidak dimanfaatkan untuk pengabdian?” katanya.
Kilas Balik: Dari Sewo Putra ke Sewo Junior
Kisahnya bersama Sewo Putra dimulai sejak lama. Tamat SMA pada 1991, Amrayadi muda harus meninggalkan kampung halamannya demi menempuh pendidikan di Universitas Tadulako, Palu.
Di tanah rantau, kabar kejayaan Sewo Putra kerap terdengar, klub yang disegani karena deretan trofi juara yang diraih.
Tahun 1998, usai terlibat dalam gerakan reformasi, ia kembali ke kampung halaman.
Saat itulah benih pengabdian mulai tumbuh. Ia bertanya-tanya mengapa Sewo Putra yang begitu terkenal tidak pernah mengadakan turnamen.
Sebuah perbincangan santai selepas Isya di pertigaan Sewo–Totakka bersama legenda hidup Ketua Sewo Putra, Baharuddin (Bahu) alias Lahalide, menjadi titik awal perubahan.
“Yang mau kerja banyak, tapi yang bisa berpikir tidak ada,” kata Baharuddin kala itu.
Amrayadi pun menimpali, “Kalau begitu, biar saya yang berpikir.”
Dari tekad itulah, turnamen pertama Sewo Putra akhirnya digelar sederhana, dengan tiang gawang dari batang pinang dan lapangan yang belum rata. Namun semangat gotong royong warga menjadikannya istimewa.
Perjalanan Panjang Membangun Sewo
Perbaikan lapangan terus dilakukan bertahun-tahun. Pada masa Wakil Bupati Syarifuddin Rauf, bantuan alat berat dan pipa untuk tiang gawang diberikan.
Tahun 2006, dukungan pemerintah daerah datang lagi, ekskavator dikerahkan untuk meratakan lapangan batu gamping, sementara sopir truk bekerja sukarela membawa timbunan.
Setahun kemudian, nama resmi ditetapkan Lapangan Petta Langkanange, diambil dari situs bersejarah di Ale Sewo.
Amrayadi mengurus Sewo Putra hingga 2017, lalu mundur karena aturan penyelenggara pemilu dilarang terlibat organisasi.
Namun semangatnya tak surut. Dari Makassar, ia terus memberi dukungan dan nasihat.
Lahirnya Sewo Junior: Melanjutkan Semangat
Tahun 2017, ia menggagas Patriot Sewo, cikal bakal Sewo Junior, terinspirasi dari julukan tokoh masyarakat H.M. Akib Suaib.
Lima tahun kemudian, pada 2022, Sewo Junior resmi terbentuk oleh Ambas dengan Amrayadi tetap menjadi penopang dari jauh, memberi saran dan dukungan dana.
Kini, setelah purna tugas, ia kembali ke kampung halaman, terjun langsung mengelola Sewo Junior.
“Sebagai manajer, saya harus berpikir bagaimana klub bisa berkembang dan dikenal. Bagaimana mengelola organisasi dan mencari solusi pendanaan,” ujarnya mantap.
Bagi Amrayadi, inilah takdir, berjuang membawa Sewo Junior menuju masa depan yang lebih tertata dan berdaya.
“Semoga ikhtiar ini menjadi kenyataan,” tutupnya.
Kisah sederhana dari “anak kampung berdarah pengabdian” ini menjadi saksi tentang dedikasi, ketulusan, dan semangat membangun dari bawah (Lamara).
(K71)