Oleh : H. A. Ahmad Saransi
Di tengah arus globalisasi yang kian deras, generasi muda sebagai pewaris masa depan dihadapkan pada sebuah pilihan besar: membiarkan tradisi perlahan tergerus zaman atau justru merangkulnya dengan pendekatan yang lebih segar dan relevan.
Menjawab tantangan itu, Pemerintah Kabupaten Maros di bawah kepemimpinan Bupati H.A.S. Chaidir Syam berkolaborasi dengan Ketua PERWIRA LPMT, Andi Muhammad Sapri Pamulu, Ph.D., menghadirkan sebuah momentum kebudayaan bertajuk Gau Maraja Leang-Leang Maros.
Diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Maros yang ke-66, Gau Maraja Leang-Leang bukan sekadar selebrasi, melainkan menjadi panggung besar yang mempertemukan masa lalu dan masa depan dalam satu tarikan napas budaya.
Rangkaian kegiatan yang digelar mencakup konferensi internasional, pameran benda pusaka, kirab budaya, serta tarian kolosal yang melibatkan lebih dari 300 murid SD, pelajar SMP, dan siswa-siswi SMA dari seluruh penjuru Kabupaten Maros.
Menurut Andi Abdi Basit, koreografer tarian kolosal yang akrab disapa Kak Cucut, keikutsertaan para pelajar ini bukan sekadar bagian dari pertunjukan, namun sebuah metode pembelajaran interaktif.
"Kami ingin mereka tidak hanya menari, tetapi memahami makna di balik gerak tubuh dan lagu yang dibawakan. Di situlah letak pelestarian budaya yang sejati," ujarnya. Jum'at (4/7).
Tarian kolosal tersebut menjadi ruang belajar yang hidup, di mana generasi muda diajak menggali akar nilai dan warisan lokal sebagai fondasi untuk membangun masa depan.
Gau Maraja Leang-Leang Maros pun menjelma menjadi simbol harapan bahwa pelestarian budaya tidak hanya menjadi tugas para leluhur, melainkan tanggung jawab bersama yang diwariskan melalui semangat yang menyala-nyala dalam diri generasi penerus.
Dengan langkah ini, Maros menegaskan dirinya sebagai daerah yang tidak hanya menjaga masa lalu, tetapi juga menginspirasi masa depan.
(AAS)