Cermin Digital: Kecanduan Gadget pada Anak dan Kecanduan Drama pada Orang Dewasa, Sebuah Fenomena yang Mengkhawatirkan
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Cermin Digital: Kecanduan Gadget pada Anak dan Kecanduan Drama pada Orang Dewasa, Sebuah Fenomena yang Mengkhawatirkan

    Kabartujuhsatu
    Sabtu, 03 Mei 2025, Mei 03, 2025 WIB Last Updated 2025-05-03T17:52:40Z
    masukkan script iklan disini

    Dunia Digital

    Para ilmuwan mengungkapkan sebuah fenomena yang semakin memprihatinkan di era digital saat ini. 

    Kecanduan gadget pada anak-anak memiliki kesamaan yang mencolok dengan drama Kecanduan pada orang dewasa. 

    Ironisnya, orang dewasa, termasuk mereka yang berpendidikan tinggi, justru lebih rentan terjebak dalam kecanduan digital.

    Dalam berbagai penelitian neurosains dan psikologi modern, ditemukan bahwa baik anak-anak maupun orang dewasa menunjukkan pola neurokimia serupa ketika kecanduan layar digital. 

    Pelepasan dopamin yang memicu rasa senang semu dan penurunan fungsi kendali diri menjadi ciri khas Kecanduan ini, namun, perbedaan penting terletak pada kemampuan untuk berubah: anak-anak masih bisa diarahkan, sementara orang dewasa, terutama yang merasa sudah mengetahui segala sesuatu, lebih sulit diajak berbenah.

    Ardi Wijaya, peneliti perilaku digital, menjelaskan, “Yang paling sulit bukan mengubah yang tak tahu, tapi membangunkan yang merasa sudah paham, karena semakin tinggi pendidikan seseorang, terkadang semakin pintar pula ia berdalih atas kebiasaannya”

    Pernyataan ini menyoroti tantangan besar dalam mengatasi kecanduan digital di kalangan orang dewasa.

    Fenomena ini mengajak kita semua untuk bercermin. Anak-anak menatap layar karena meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya yang asyik dengan konten drama tanpa henti. 

    Dr. Ardi menambahkan, “Betapa ironis, kita marahi anak karena bermain HP, tapi lupa bahwa kita sendiri belum lepas dari candu drama Korea, sinetron, atau konten-konten tanpa arah, bahkan di saat makan, belajar, dan ibadah.” 

    "Lebih buruk lagi, banyak orang dewasa yang menganggap kecanduan mereka sebagai hak pribadi, bukanlah masalah yang harus diatasi".

    Para ilmuwan mengingatkan bahwa kecanduan digital tidak mengenal status sosial maupun profesi. Baik pelajar, pejabat, guru, maupun orang tua bisa terjebak dalam lingkaran kecanduan. Oleh karena itu, perubahan harus dimulai dari diri sendiri. 

    Anak-anak bukan hanya perlu diatur, tapi terlebih dulu harus dituntun oleh orang dewasa yang telah membebaskan diri dari kecanduan mereka sendiri.

    Masyarakat diharapkan memahami dan mengatasi dampak negatif dari perkembangan teknologi modern. 

    (AAT) 
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini