Memaknai Waktu Luang sebagai Ruang Edukatif, SDN 7 Salotungo Tata Taman dan Bangun Zona Istirahat Murid
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Memaknai Waktu Luang sebagai Ruang Edukatif, SDN 7 Salotungo Tata Taman dan Bangun Zona Istirahat Murid

    Kabartujuhsatu
    Rabu, 31 Desember 2025, Desember 31, 2025 WIB Last Updated 2025-12-31T13:11:31Z
    masukkan script iklan disini


    Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Waktu luang kerap dipahami sebagai jeda tanpa aktivitas yang berarti. Namun, perspektif tersebut dipatahkan oleh SDN 7 Salotungo yang justru memaknai waktu luang sebagai ruang refleksi, pengabdian, dan pembelajaran kontekstual.


    Hal ini tercermin dalam kegiatan penataan taman, halaman sekolah, serta pembangunan zona istirahat murid yang dilakukan oleh Anang, S.Pd dan Muhammad Arsyad, S.Pd bersama Kepala SDN 7 Salotungo. Rabu (31/12/2025).


    Kegiatan ini tidak sekadar berorientasi pada keindahan visual lingkungan sekolah. Lebih dari itu, penataan ruang dilakukan dengan kesadaran pedagogis bahwa lingkungan fisik memiliki pengaruh signifikan terhadap kenyamanan psikologis, kesehatan mental, serta kesiapan belajar peserta didik.


    Sekolah dipahami sebagai ekosistem hidup, di mana setiap sudutnya berperan dalam proses pendidikan.


    Zona istirahat murid yang dibangun secara sederhana namun fungsional dirancang sebagai ruang jeda yang menyehatkan.


    Di ruang ini, murid dapat melepas lelah, memulihkan energi, berinteraksi secara sosial, serta menumbuhkan rasa aman dan nyaman selama berada di lingkungan sekolah.


    Keberadaan zona tersebut juga menjadi bentuk perhatian sekolah terhadap kebutuhan emosional murid yang kerap terabaikan.


    Kepala SDN 7 Salotungo Abd Asis, S.Pdi menyampaikan bahwa penataan lingkungan sekolah merupakan bagian dari pendidikan karakter yang bersifat kontekstual dan aplikatif.


    Menurutnya, keteladanan memiliki daya didik yang jauh lebih kuat dibandingkan penyampaian verbal semata.


    “Ketika guru dan pimpinan sekolah hadir langsung menata ruang, murid belajar tentang kepedulian, tanggung jawab, kerja sama, dan makna kebersamaan tanpa perlu ceramah panjang,” ungkapnya.


    Kolaborasi antara guru dan pimpinan sekolah ini menunjukkan peran guru yang melampaui tugas administratif dan pengelolaan kurikulum.


    Guru hadir sebagai penggerak budaya sekolah, pembangun ekosistem belajar, sekaligus teladan dalam menghidupkan nilai-nilai positif di lingkungan pendidikan.


    Taman yang tertata rapi, halaman yang bersih, serta ruang istirahat yang nyaman menjadi simbol dari cara berpikir yang terstruktur, tenang, dan berorientasi pada keberlanjutan.


    Nilai-nilai disiplin, keindahan, kepedulian lingkungan, dan harmoni sosial ditanamkan secara alami melalui pengalaman nyata yang dialami murid setiap hari.


    Inisiatif ini juga sejalan dengan semangat pendidikan yang humanis, di mana sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai ruang tumbuh bagi karakter, empati, dan kesadaran sosial peserta didik.


    Melalui kegiatan ini, SDN 7 Salotungo menegaskan bahwa pendidikan sejati tidak hanya berlangsung di dalam ruang kelas.


    Pendidikan tumbuh dari kesadaran kolektif seluruh warga sekolah untuk menjadikan setiap sudut lingkungan sebagai ruang belajar yang bermakna, berkarakter, dan berpihak pada kebutuhan murid.


    Langkah sederhana ini menjadi contoh bahwa perubahan besar dalam dunia pendidikan sering kali bermula dari kesadaran kecil, dilakukan dengan konsisten, dan dilandasi niat tulus untuk menghadirkan sekolah sebagai rumah kedua yang aman dan membahagiakan bagi anak-anak.


    (Red) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini