Dorong Model Baru Koperasi, Chairul Hadi Tegaskan Pentingnya Pemahaman Insan Koperasi Bung Hatta
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Dorong Model Baru Koperasi, Chairul Hadi Tegaskan Pentingnya Pemahaman Insan Koperasi Bung Hatta

    Kabartujuhsatu
    Selasa, 02 Desember 2025, Desember 02, 2025 WIB Last Updated 2025-12-02T10:58:36Z
    masukkan script iklan disini


    Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Penggiat koperasi Chairul Hadi menyampaikan temuan terbarunya mengenai definisi sederhana dan lebih mudah dipahami tentang konsep Insan Koperasi Bung Hatta.


    Penjelasan tersebut diungkapkan dalam sebuah diskusi siang hari, Selasa (2/12), di Jakarta, sebagai upaya mempermudah masyarakat memahami kembali makna koperasi yang sesuai dengan gagasan Bung Hatta.


    Chairul menjelaskan bahwa Insan Koperasi Bung Hatta dapat dimaknai sebagai rakyat Desa yang bekerja sebagai petani, nelayan, pengrajin, pekerja galian tambang, serta pengemudi ojek dan taksi yang tercatat sebagai anggota koperasi.


    Selain itu, kelompok masyarakat berpendidikan formal, mulai dari lulusan SMA, program diploma, hingga sarjana strata satu dan dua dari segala jurusan, berperan sebagai pengelola operasional manajemen koperasi yang berlandaskan ideologi ekonomi Bung Hatta.


    Menurut Chairul, pemahaman publik mengenai koperasi saat ini menghadapi hambatan besar.


    Masyarakat memang telah lama mengenal istilah koperasi, namun mayoritas hanya memahami dari apa yang terlihat secara fisik, tanpa menggali makna substansial yang terkandung di dalamnya.


    “Yang kita lakukan sekarang adalah mengajak orang-orang untuk berjuang mewujudkan Bangunan Koperasi Model Baru berdasarkan ideologi ekonomi Bung Hatta. Ini pekerjaan yang cukup berat,” ujar Chairul.


    Ia menilai kesulitan tersebut muncul karena masyarakat cenderung menilai koperasi dari bentuk yang sudah mereka lihat sebelumnya, bukan dari konsep yang ideal menurut pemikiran Bung Hatta.


    Ia menambahkan bahwa hal yang belum tampak secara fisik memang cenderung sulit dipahami oleh masyarakat luas, sebab persepsi mereka sudah dipenuhi oleh pengalaman empiris dengan koperasi yang selama ini ada.


    Untuk mengatasi tantangan ini, Chairul dan rekan-rekannya dalam komunitas Insan Koperasi Bung Hatta menekankan pentingnya penggunaan bahasa yang komunikatif dan mudah dimengerti di semua lapisan masyarakat.


    Langkah tersebut diharapkan dapat menyatukan pemahaman publik mengenai koperasi sesuai cita-cita Bung Hatta sebagai pilar ekonomi kerakyatan.


    “Intinya, kita harus terus melakukan langkah-langkah yang mudah dipahami siapa pun,” ujarnya.


    Dengan pemahaman yang jelas dan sederhana, Chairul optimistis cita-cita Bung Hatta dalam membangun koperasi yang berkeadilan dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat bisa diwujudkan dengan baik.


    (Red/HSW) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini