Sidrap, Kabartujuhsatu.news- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui UPT Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertania (BPPSDMP) c.q Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku menyelenggarakan pelatihan bagi Pengelola dan Pendamping Brigade Pangan Makkoring pada 29 September hingga 1 Oktober 2025 di Desa Lasiwala, Kabupaten Sidenreng Rappang.
Pelatihan ini bertujuan memperkuat peran Brigade Pangan (BP) Makkoring sebagai garda terdepan dalam mendukung swasembada pangan di tingkat lokal.
Selama tiga hari, peserta mendapatkan materi dari Widyaiswara BBPP Batangkaluku dan penyuluh pendamping, termasuk praktik pengoperasian serta teknik pembibitan menggunakan alat mesin pertanian rice transplanter.
Seperti diketahui, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan pihaknya terus fokus dalam upaya meningkatkan produksi pangan utamanya komoditas beras, guna mewujudkan target swasembada pangan.
"Salah satu yang digalakkan untuk mencapai target swasembada pangan adalah optimalisasi lahan pertanian melalui pembentukan Brigade Pangan," kata Mentan Amran.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menyatakan bahwa Brigade Pangan harus berfungsi sebagai ujung tombak pelaksanaan kebijakan pangan di tingkat daerah.
“Brigade Pangan adalah ujung tombak lapangan. Oleh karena itu, data harus sinkron, strategi harus jelas, dan pengawalan harus berkelanjutan agar produktivitas benar-benar meningkat,” ungkapnya.
Salah satu peserta pelatihan, Suparman selaku Manajer BP Makkoring mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kapasitas dirinya bersama tim.
“Kami mendapatkan banyak pengetahuan baru, khususnya dalam pengoperasian rice transplanter dan teknik pembibitan yang lebih efisien," jelasnya.
Hal senada disampaikan Asrul selaku Penyuluh Pendamping, menurutnya pelatihan ini sangat bermanfaat bagi pengelola BP terutama penerapan alsintan rice transplanter yang mana saat ini petani terkendala oleh terbatasnya buruh tanam dan bergesernya pola sistem tanam pindah ke tanam benih langsung
"Olehnya itu kami mendukung penuh penerapan rice transplanter di lahan petani. Di samping memudahkan petani dalam budidaya, juga memberikan tambahan penghasilan bagi kelembagaan BP," sebutnya.
Asrul berharap agar pelatihan seperti ini rutin dilaksanakan oleh Kementan sehingga pengetahuan, pemahaman, dan pelaksanaan oleh pengelola BP di lapangan dapat dirasakan kehadirannya oleh petani.
Pelatihan ini juga menjadi bukti nyata peran Kementerian Pertanian melalui BBPP Batangkaluku dalam mendukung optimalisasi alsintan di tingkat lapangan.
Dengan keterampilan yang dimiliki, pengelola dan pendamping BP diharapkan mampu menjadi motor penggerak perubahan, sekaligus solusi atas permasalahan yang dihadapi petani, seperti keterbatasan tenaga kerja tanam dan pergeseran pola budidaya.
(Red)