Gowa, Kabartujuhsatu.news, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung modernisasi sektor pertanian.
Melalui berbagai inovasi dan kegiatan pelatihan, lembaga di bawah Kementerian Pertanian ini terus mendorong percepatan produksi pangan nasional.
Langkah tersebut sejalan dengan target Indeks Pertanaman (IP) 300, yakni kemampuan petani menanam padi tiga kali dalam setahun.
Target ambisius ini dinilai sebagai kunci mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa IP 300 bukanlah sekadar program, melainkan kebutuhan mendesak dalam menghadapi tantangan krisis pangan global.
“Jika setiap daerah mampu menanam tiga kali setahun, swasembada bukan mimpi, melainkan kenyataan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Indonesia memiliki potensi besar dengan lahan subur dan sumber daya manusia melimpah.
Yang dibutuhkan saat ini adalah transformasi pola pikir dan penerapan teknologi yang lebih efisien.
Senada dengan itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, menekankan pentingnya mengubah paradigma bertani.
“Mindset harus berubah. Pertanian modern adalah keharusan, bukan lagi pilihan,” tegasnya.
Menurut Idha, pola pertanian konvensional sudah tidak relevan dengan kebutuhan zaman.
Modernisasi, termasuk pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan), efisiensi persemaian, hingga pola tanam berkelanjutan, harus menjadi budaya baru di kalangan petani.
Komitmen modernisasi ini diwujudkan BBPP Batangkaluku lewat praktik langsung di lapangan.
Pada Jumat (12/9/2025), Kepala BBPP Batangkaluku, Jamaluddin Al Afgani, memberikan pelatihan persemaian padi metode dapog kepada pegawai serta siswa magang.
Metode dapog dikenal lebih efisien, murah, serta cocok untuk penggunaan transplanter. Jamal menegaskan bahwa teknologi ini harus segera ditularkan ke masyarakat.
“Persemaian untuk transplanter tidak harus mahal. Setelah paham, ajarkan ke masyarakat,” pesannya.
Jamal juga mengingatkan bahwa sebagian petani masih beranggapan persemaian baru bisa dilakukan setelah panen selesai. Menurutnya, cara berpikir seperti ini harus segera ditinggalkan.
“Mindset itu harus diubah. Saat 15 hari jelang panen, kita sudah bisa menyiapkan persemaian,” jelasnya.
Ia bahkan mencontohkan bahwa persemaian bisa dibuat di halaman rumah atau lahan sempit dengan sistem bertingkat. Dengan teknik ini, tanam tiga kali setahun bisa lebih mudah diwujudkan.
Tak hanya menyasar petani, Jamal menekankan bahwa seluruh pegawai BBPP Batangkaluku, termasuk yang berlatar belakang non-pertanian, wajib memahami program Kementan.
Hal ini dianggap penting agar setiap individu dapat berkontribusi dalam gerakan bersama menuju swasembada pangan.
“Semoga kita bisa bersama-sama berkontribusi untuk IP 300 sehingga Indonesia mampu swasembada pangan berkelanjutan,” harapnya.
Upaya BBPP Batangkaluku ini menjadi bukti bahwa transformasi besar bisa dimulai dari langkah kecil, seperti memperkenalkan metode persemaian yang efisien. Jika gerakan ini menyebar luas, bukan tidak mungkin IP 300 akan segera tercapai.
Dengan demikian, target kedaulatan pangan nasional yang selama ini hanya menjadi wacana, perlahan bisa diwujudkan menjadi kenyataan.
Modernisasi pertanian bukan sekadar program, melainkan gerakan bersama untuk masa depan bangsa.
(Red)