Arti Lambang Daerah Kabupaten Soppeng
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Arti Lambang Daerah Kabupaten Soppeng

    Kabartujuhsatu
    Jumat, 26 September 2025, September 26, 2025 WIB Last Updated 2025-09-26T07:41:04Z
    masukkan script iklan disini

    Semua negara, Provinsi, Kabupaten/Kota bahkan lembaga sosial dan organisasi professi memiliki lambang masing-masing. Tak terkecuali Kabupaten Soppeng.

    Secara fisik Lambang Daerah Kabupaten Soppeng hanya berupa gambar seekor burung kakatua dan tulisan-tulisan yang beraksara Lontara pada badan burung kakatua.

    Tetapi apabila kesemua tulisan yang ada pada burung kakatua tersebut ditulis dan dikaji dalam konteks budaya, maka akan melahirkan sebuah buku tebal paling tidak berisi 200 halaman. Begitu dalamnya nilai yang terkandung pada kearifan lokal tersebut.

    Dan dapat dijadikan way of life oleh segenap warga Soppeng utamanya bagi pemegang amanah pemerintahan.

    Pada Lambang Daerah Kabupaten Soppeng yang berupa seekor burung kakatua terdapat tiga bagian assesoris antara lain :

    Terdapat gambar batang padi dan kapas. Gambar ini melambangkan kesuburan dan kemakmuran (harusnya) bagi masyarakat Soppeng.

    Selain itu terdapat juga kata-kata berbunyi:

    sara, ade, rapang, bicara, wari.

    Kelima kata ini bermakna sebagai pedoman atau petunjuk pelaksanaan budaya atau adat pemerintahan.

    Pada bagian lain dari burung kakatua terdapat

    tiga potong kalimat.

    Pertama:

    Dongiri Temmatippa.

    Kedua:

    Salipuri Temmadinging.

    Ketiga:

    Wesse Temmakapa.

    Ketiga kalimat tersebut adalah merupakan amanat atau perintah atas nama kearifan lokal kepada segenap warga Soppeng utamanya bagi pemimpin-pemimpin di segala tingkatan dan segenap jajarannya.

    Dalam istilah kenegaraan dewasa ini mungkin dapat disebut amanat "Konstitusi Daerah" kepada penyelenggara Negara (Daerah) di Soppeng untuk melaksanakan roda pemerintahan.

    Dongiri Temmatippa memiliki makna bahwa menjaga tanaman padi dari gangguan burung tidak memakai cara-cara kekerasan.

    "Dongiri" memiliki makna bahwa pemerintah harus menjaga rakyatnya dengan bijaksana.

    Bijaksana memiliki makna dalam bertindak senantiasa memakai akal budi, pengetahuan dan pengalaman. Serta arif, tajam pikiran, peka dan memiliki rasa empati yang tinggi.

    Dengan filosofi tersebut penyelenggara negara diharapkan konsistensi melaksanakan tugas dan menjauhkannya melakukan hal-hal tidak terpuji.

    Salipuri Temmadinging memiliki makna pemerintah tidak akan membiarkan rakyatnya menderita dan terganggu baik secara fisik maupun non fisik, langsung maupun tidak langsung.

    Ibarat seorang ibu yang akan menjaga anaknya dengan penuh kasih sayang.

    Dalam konteks bernegara yang dimaksud anak adalah rakyat, dan ibunya adalah negara yang dijalankan oleh pemerintah.


    Dapat diberi contoh sebagai inplementasi dari Salipuri Temmadinging khusunya terkait dibidang pendidikan.

    Apabila ada sekolah yang tercemar dengan bau sampah dari TPS yang berada sangat dekat dengan kelas dimana murid belajar.

    Atau,

    Sebuah sekolah pada jalan masuknya tercemar/tergenang air limbah rumah tangga masyarakat sekitar.

    Keadaan seperti ini jangan dibiarkan terjadi terus tanpa ada usaha secepatnya mengeksekusi untuk membebaskan murid dari gangguan saat pergi pulang sekolah.

    Dampak negatif yang bakal ditimbulkan jauh lebih besar dibanding dengan biaya untuk sekedar menghilangkan gangguan bagi murid-murid tsb.

    Gangguan bagi masyarakat khususnya bagi murid-murid harus "disalipuri" oleh pemerintah.

    Tidak perlu ada penyampaian ataupun protes dari masyarakat baru ditangani.

    Karena ini adalah tugas dan kewajiban bagi penyelenggara negara sesuai perintah konstitusi yang tertulis "salipuri temmadinging".

    Aparat terkait harus turun lapangan memantau kebutuhan atau kesulitan masyarakat. Untuk itu pemerintah punya mekanisme pemantauan secara berjenjang.

    Agar semua filosofi yang terkandung didalam Lambang Daerah membumi dan menjadi way of life dikalangan masyarakat khususnya kepada generasi muda, seyogyanya dapat ditanamkan secara terus menerus melalui mata pelajaran Sejarah atau Bahasa Daerah di sekolah-sekolah. Sehingga kelak setelah dewasa dan memasuki dunia kerja anak-anak sudah memiliki mindset "Salipuri Temmadinging" yaitu karakter melindungi masyarakat dan wilayahnya dari segala gangguan.

    Selama ini tulisan-tulisan yang ada pada lambang daerah tsb belum dimaknai sebagai way of life. Masih sebatas pemahaman secara tersurat.

    Oleh Andi Mappasawe
    Jumat (26/9/2025)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini