Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Pelataran Gedung Lapatau Soppeng berubah menjadi pusat perayaan budaya pada malam peringatan Anniversary ke-5 Latoa Production, lembaga kreatif yang dikenal sebagai penggerak pelestarian budaya Bugis di Sulawesi Selatan. Selasa malam (8/7/2025).
Dengan tema “Mapparola Siri’ na Ade’, Masseddi Latoa”, acara ini bukan sekadar perayaan ulang tahun, tetapi menjadi momen refleksi mendalam akan pentingnya menjaga siri’ (harga diri) dan ade’ (adat) dalam kehidupan masyarakat Bugis.
Malam itu, beragam pertunjukan seni memukau para pengunjung. Mulai dari Tari Kreasi, lantunan Osong yang menggema kuat, hingga Tari Obor yang membakar semangat untuk terus menjaga warisan leluhur.
Suasana semakin memanas dengan penampilan magician ekstrem, yang sukses membuat penonton terpukau dengan aksi-aksi berani dan tak terduga.
Turut hadir dalam perayaan ini Karim, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Soppeng.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas konsistensi Latoa Production dalam menjaga eksistensi budaya lokal.
“Kami sangat menyambut baik kegiatan ini. Latoa Production adalah contoh lembaga yang punya tujuan luar biasa, yaitu pelestarian dan pemajuan budaya lokal,” ujar Karim.
Sementara itu, Imran Dg. Parani, selaku Pembina Latoa Production yang juga merayakan ulang tahun pada hari yang sama, mengungkapkan bahwa Latoa didirikan atas kegelisahan terhadap semakin terkikisnya nilai budaya Bugis.
“Kami ingin budaya ini tetap hidup dan dijaga secara kolektif, terutama oleh generasi muda,” tegasnya.
Senada dengan itu, Ketua Umum Latoa Production, Andi Sul Jalalil, menekankan bahwa tema tahun ini bukan sekadar jargon, tetapi panggilan moral bagi seluruh masyarakat.
“Mapparola siri na ade’, Masseddi Latoa adalah ajakan agar kita semua tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya sebagai identitas kita,” katanya.
Melalui perayaan ini, Latoa Production kembali menegaskan komitmennya untuk menjadi wadah tumbuhnya kreativitas yang bersumber dari akar budaya Bugis.
Bagi Latoa, budaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga kekuatan untuk membentuk masa depan.
(Red)