Gowa, Kabartujuhsatu.news, Di tengah tantangan modernisasi pertanian dan kebutuhan peningkatan kualitas sumber daya manusia di sektor pangan, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku terus berinovasi.
Salah satu upaya terbarunya adalah menggandeng Universitas Hasanuddin (UNHAS) dan dua peneliti internasional asal Belanda untuk memperkuat pengembangan Sekolah Lapang Digital (Digital Farmer Field School/DFFS).
Pada Jumat (25/7/2025), suasana BBPP Batangkaluku tampak berbeda. Rombongan akademisi yang dipimpin Prof. Darmawan Salman, Guru Besar Fakultas Pertanian UNHAS, hadir bersama dua peneliti kenamaan dunia:
Loes Witteveen dari Van Hall Larenstein University of Applied Sciences dan Rico Lie dari Wageningen University and Research.
Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa inovasi penyuluhan pertanian berbasis teknologi kini mendapat perhatian hingga ke tingkat global.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berkali-kali menegaskan pentingnya peran penyuluh dalam pembangunan pertanian nasional.
“Penyuluh adalah pahlawan pangan. Mereka berada di garda terdepan mendampingi petani dan memastikan produksi meningkat".
"Kalau penyuluh kuat, pertanian kita akan kokoh dan mandiri,” tegas Mentan Amran.
Senada, Kepala BPPSDMP Kementan, Idha Widi Arsanti, menambahkan bahwa transformasi digital adalah kunci.
“Digitalisasi penyuluhan bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan strategis agar informasi dapat menjangkau petani lebih cepat dan tepat sasaran,” ujarnya.
Belajar Pertanian Lewat Gawai
Sejak 2023, DFFS telah diujicobakan di Kabupaten Enrekang.
Program ini menggabungkan metode Sekolah Lapang konvensional dengan media digital seperti video tutorial, infografis, podcast, hingga aplikasi berbasis smartphone.
Para petani tidak hanya belajar di lahan, tapi juga memanfaatkan konten digital yang disajikan dalam bahasa sederhana dan sesuai konteks lokal.
Hasilnya mulai terlihat. Kelompok tani di Kecamatan Maiwa dan Anggeraja menyambut positif inovasi ini. Generasi muda tani, yang akrab dengan teknologi, menjadi kelompok yang paling antusias.
Mereka merasakan peningkatan pemahaman tentang budidaya modern, pemupukan berimbang, hingga praktik pertanian berkelanjutan.
Peneliti Belanda, Loes Witteveen, menilai DFFS sebagai terobosan untuk mengatasi kendala penyuluhan tradisional.
“Sekolah Lapang Digital adalah ruang belajar fleksibel. Bukan untuk menggantikan metode lama, tapi melengkapinya agar pengetahuan dan inovasi lebih cepat tersebar,” ungkapnya.
BBPP Batangkaluku Siap Jadi Mitra Strategis
Koordinator Widyaiswara Risna Ardhayanti menegaskan kesiapan BBPP Batangkaluku menjadi mitra dalam memperluas DFFS.
“Digitalisasi penyuluhan adalah keniscayaan. Kami siap mendukung agar petani cepat beradaptasi dengan perubahan iklim, pasar, dan teknologi,” ujarnya.
Dengan kolaborasi ini, diharapkan lahir model penyuluhan modern yang tidak hanya memanfaatkan teknologi, tetapi juga tetap menjaga sentuhan humanis antara penyuluh dan petani.
Langkah ini menjadi bagian dari visi besar Kementerian Pertanian untuk mencetak petani adaptif, inovatif, dan mandiri, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia di era digital.
(Red/*)