Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Di balik ketenangannya, Suwardi Haseng menyimpan kekuatan besar dalam kerja nyata.
Gaya kepemimpinannya tak pernah gaduh, tetapi hasil-hasilnya berbicara lantang.
Inilah yang kini dikenal masyarakat Soppeng sebagai gaya "Veauter", sebuah kepemimpinan yang visioner, eksekutor, dan berpihak pada rakyat.
Sejak menjabat sebagai Bupati Soppeng, Suwardi menunjukkan bahwa ketegasan tak harus ditunjukkan lewat suara tinggi.
Ia memilih jalur sunyi, bekerja dalam diam, tetapi hasilnya terasa nyata.
Warga menyaksikan langsung bagaimana berbagai program digulirkan bukan sekadar janji, melainkan solusi.
Salah satu langkah paling diapresiasi adalah dorongan kepada Bulog Soppeng untuk menyerap seluruh produksi gabah petani tanpa syarat.
Di tengah ketidakpastian pasar, kebijakan ini menjadi penyelamat.
Pendapatan petani meningkat, harga gabah stabil, dan rasa percaya petani terhadap pemerintah pun tumbuh kembali.
Namun Suwardi tak berhenti di sana. Saat pemerintah pusat mengetatkan anggaran, ia justru mengambil langkah berani, mengajukan proposal miliaran rupiah ke Kementerian PUPR untuk membangun dan memperbaiki saluran irigasi pertanian.
Di tengah cuaca politik nasional yang tak menentu, langkah ini adalah perwujudan dari keberanian yang berlandaskan kepentingan rakyat.
Bagi para aparatur sipil negara, Suwardi juga hadir sebagai pemimpin yang peduli.
THR dibayarkan lebih awal, tunjangan kinerja dinaikkan. Imbasnya? Loyalitas meningkat, semangat kerja tumbuh. Birokrasi tak lagi lambat, roda pelayanan publik berputar lebih cepat.
Tak ingin terjebak dalam pola lama birokrasi yang menunggu laporan rusak baru bertindak, Suwardi meluncurkan program "Kerja Tanpa Tunggu".
Begitu laporan kerusakan fasilitas umum masuk, tim langsung turun. Aksi cepat ini menjawab keresahan warga yang selama ini harus menunggu terlalu lama untuk perbaikan.
Di bidang sosial, Suwardi meluncurkan program "Soppeng Setara", sebuah langkah menyentuh hati masyarakat kecil.
Rumah-rumah warga kurang mampu dibedah, BPJS gratis cukup dengan KTP, job fair digelar untuk membuka peluang kerja baru, hingga rumah singgah di Makassar untuk keluarga pasien yang dirujuk ke kota besar.
Bahkan seragam, sepatu, dan alat tulis pun disiapkan untuk siswa SD dan SMP, karena baginya, pendidikan harus dimulai tanpa beban.
“Kami memimpin dengan tenang, tapi penuh aksi nyata. Semua program dirancang agar manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh rakyat, bukan hanya laporan di atas kertas,” ujar Suwardi suatu waktu dalam kunjungannya.
Sejalan dengan visi Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran, Suwardi dan Wakilnya, Selle KS Dalle, bersiap memperluas program pendidikan gratis dengan lebih lengkap.
Tak hanya biaya, tetapi seluruh perlengkapan siswa akan ditanggung daerah, karena bagi mereka, anak-anak Soppeng harus punya pijakan yang setara untuk bermimpi.
Di bawah kepemimpinan Suwardi, Soppeng bergerak. Jalan dibuka, sungai dikeruk, irigasi dibenahi, dan petani diprioritaskan.
Ia tak mengejar sorotan, tapi justru di situlah letak kekuatannya.
Karena bagi Suwardi Haseng, pemimpin bukan soal siapa yang paling keras bersuara, tetapi siapa yang paling bisa diandalkan ketika rakyat membutuhkan.
Inilah Veauter Leadership: tenang, tajam, dan benar-benar bekerja.
"Veauter": Gaya Kepemimpinan Suwardi Haseng yang Tenang, Visioner, dan Akseleratif
"Veauter" adalah istilah yang terinspirasi dari kombinasi kata Visionary, Executor, dan Leader.
Kata ini menggambarkan gaya kepemimpinan Bupati Soppeng, H. Suwardi Haseng, yang dikenal dengan pendekatan tenang namun penuh aksi nyata.
Dalam konteks pemerintahan Suwardi Haseng, Veauter menjadi simbol dari kepemimpinan yang:
V – Visionary: Mampu merancang masa depan Soppeng dengan visi yang jelas dan strategis.
E – Executor: Tidak sekadar wacana, tetapi langsung diwujudkan melalui kebijakan konkret dan realisasi program nyata.
A – Action-Oriented: Fokus pada hasil, bukan retorika. Setiap kebijakan ditujukan untuk manfaat langsung bagi rakyat.
U – Understanding: Peka terhadap kebutuhan masyarakat, terutama kelompok rentan.
T – Transformative: Mendorong perubahan dan inovasi, seperti melalui program "Kerja Tanpa Tunggu" dan "Soppeng Setara".
E – Empowering: Memberdayakan ASN, petani, dan masyarakat lewat program peningkatan kesejahteraan dan lapangan kerja.
R – Resilient: Tangguh dalam menghadapi tantangan, termasuk dalam pengelolaan anggaran di tengah tekanan nasional.
Dengan branding "Veauter", kepemimpinan Suwardi Haseng tak hanya diingat sebagai birokratis, tetapi sebagai gaya baru yang layak diteladani, pemimpin yang diam-diam bekerja besar.
(Her)