Presiden Jokowi Tegaskan Freeport Bukan Milik Amerika Lagi, 51 Persen Saham Mayoritas Bakal Tingkatkan Jadi 61 Persen
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates


    Daftar Blog Saya

    Presiden Jokowi Tegaskan Freeport Bukan Milik Amerika Lagi, 51 Persen Saham Mayoritas Bakal Tingkatkan Jadi 61 Persen

    Kabartujuhsatu
    Jumat, 29 Maret 2024, Maret 29, 2024 WIB Last Updated 2024-03-29T18:57:03Z
    masukkan script iklan disini

    Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa PT Freeport Indonesia (FPI) sudah menjadi milik Indonesia. Pasalnya, perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu mayoritas sahamnya telah dimiliki Pemerintah Indonesia.

    Jokowi mengatakan, saat ini Indonesia telah memiliki sebanyak 51 persen saham mayoritas, yang sebelumnya, RI hanya memiliki saham sebesar 9 persen.

    "Artinya, Freeport itu bukan milik Amerika lagi, sudah milik Indonesia, milik negara kita. 

    "Jadi jangan punya ada bayangan di sini, freeport itu Amerika, sudah Indonesia," tegas Jokowi saat membuka Kongres Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) XII Tahun 2024 di Mercure Convention Center, Jakarta, dikutip dalam akun Youtube Setpres, Jumat (29/3).

    Lebih lanjut, Jokowi juga mengatakan bahwa nantinya Indonesia akan memiliki saham sebesar 61 persen, atau meningkat 10 persen, dari sebelumnya hanya 51 persen.

    Perihal besaran saham itu, Jokowi membeberkan bahwa dampaknya sangat besar diperoleh Indonesia. Terlebih, dari total saham yang dimiliki, sebanyak 70 persen pendapatan Freeport sudah masuk ke negara.


    "Begitu kita naik lagi menjadi 61 persen nantinya, 80 persen akan masuk ke negara. Inilah proses-proses, tetapi untuk mendapatkan hal seperti itu tantangannya besar, tantangannya tidak mudah, butuh nyali, butuh keberanian," jelasnya.

    Dalam sambutan itu, Jokowi juga mencurahkan isi hati alias curhat bahwa dirinya merasa tidak ada pihak yang mendukung terkait pengambilalihan saham di PT Freeport itu.

    Jokowi mengaku, dirinya justru dibully oleh sebagian orang atas inisiatifnya untuk memiliki lebih banyak saham di perusahaan yang telah melakukan penambangan di tanah Papua sejak tahun 1973 atau sekitar 51 tahun.

    "Kadang ini kok di dalam negeri kita ngambil alih kayak gini kok tidak ada yang mendukung, diem diem saja, malah kadang sebagian membully. Tapi saya sudah terbiasa, dihina, difitnah, dicaci maki, diejek, saya terus aja. Kalau saya yakini benar, saya akan terus," pungkasnya.
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini