Sosok “Tarzan Kota” Soppeng Kembali Setelah 18 Tahun di Malaysia, Kisah Lakasi yang Tak Terlupakan
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Sosok “Tarzan Kota” Soppeng Kembali Setelah 18 Tahun di Malaysia, Kisah Lakasi yang Tak Terlupakan

    Kabartujuhsatu
    Rabu, 24 Desember 2025, Desember 24, 2025 WIB Last Updated 2025-12-25T04:15:01Z
    masukkan script iklan disini


    Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Bagi masyarakat Kabupaten Soppeng, khususnya warga Kelurahan Botto, Kecamatan Lalabata, sosok seorang pria bertubuh tinggi besar yang dijuluki “Tarzan Kota” merupakan figur yang tak mudah dilupakan.


    Ia bukan tokoh fiksi, melainkan manusia nyata yang pernah menjadi bagian dari keseharian warga kota Soppeng pada awal tahun 2000-an.


    Nama aslinya adalah Lakasi, warga Bila Tungke (Bitung), Kelurahan Botto. Julukan Tarzan melekat padanya karena penampilannya yang khas dan tak lazim.


    Lakasi hampir selalu terlihat tanpa mengenakan baju dan sandal, hanya memakai celana pendek, dengan sebilah parang terselip di pinggang, sementara bajunya kerap disimpan di selangkangan.


    Penampilan tersebut justru menjadi ciri khas yang membuatnya mudah dikenali oleh siapa saja, terutama warga yang sering melintas di Jalan Wijaya, Kelurahan Botto.


    Pada masa itu, sekitar tahun 90 an hingga 2007, Lakasi dikenal sebagai sosok pekerja keras dan bertubuh kuat.


    Tenaganya kerap dibutuhkan oleh masyarakat kota Soppeng. Setiap ada pekerjaan berat seperti menebang pohon, mengangkat kayu besar, atau pekerjaan fisik lainnya, nama Tarzan Kota hampir selalu disebut.


    “Ia kuat sekali bekerja. Kalau ada pohon besar mau ditebang, orang-orang sering memanggil Tarzan,” kenang salah seorang warga Jalan Wijaya.


    Lakasi juga dikenal jarang menggunakan kendaraan. Ke mana pun ia pergi, ia lebih sering berjalan kaki, menyusuri jalanan kota dengan langkah tegap dan penuh tenaga.


    Keberadaannya menjadi pemandangan sehari-hari yang melekat di ingatan warga Soppeng.


    Namun, sekitar tahun 2007, sosok Tarzan Kota tiba-tiba menghilang. Warga yang biasa melihatnya setiap hari mulai bertanya-tanya. Jalan Wijaya yang dulu sering dilewatinya terasa berbeda tanpa kehadirannya.


    Berbagai kabar pun beredar. Sebagian warga menyebut bahwa Lakasi pergi ke Malaysia. Ada pula yang berasumsi bahwa ia mengikuti istri sirinya ke negeri jiran, meninggalkan istri sahnya, Gusnaeni, bersama empat orang anaknya di Bila Tungke.



    Selama bertahun-tahun, kabar tentang Lakasi nyaris tak terdengar. Waktu berlalu, hingga 18 tahun lamanya, keberadaannya hanya menjadi cerita dan kenangan bagi warga yang pernah mengenalnya.


    Di sisi lain, sang istri sah, Gusnaeni, disebut tetap setia menunggu. Kesetiaan itu kini menjadi bagian penting dari kisah hidup Lakasi yang mengundang haru banyak orang.


    Pada tahun 2025, tepatnya setelah hampir dua dekade merantau, Lakasi akhirnya kembali dari Malaysia.


    Kepulangannya mengejutkan sekaligus mengharukan warga, terutama mereka yang masih mengingat sosok Tarzan Kota di masa lalu.


    Kini, Lakasi bersama istrinya Gusnaeni telah memiliki empat orang anak, sembilan cucu, dan bahkan telah dikaruniai tujuh cicit.


    Sosok yang dulu dikenal sebagai pria bertelanjang dada dengan parang di pinggang itu, kini menjadi bagian dari sejarah hidup dan memori kolektif masyarakat Soppeng.


    “Lakasi, yang dijuluki Tarzan Soppeng, saudara dari bapaknya Laupe, akhirnya kembali dari Malaysia setelah 18 tahun,” ungkap seorang warga Jalan Wijaya yang mengenalnya, Kamis (25/12/2025).


    Kisah Lakasi bukan sekadar cerita tentang seorang pria kuat, tetapi juga tentang perjalanan hidup, kesetiaan, dan waktu.


    Ia menjadi simbol dari potongan sejarah kecil yang hidup di tengah masyarakat Soppeng, kisah sederhana namun penuh makna, yang akan terus dikenang oleh mereka yang pernah menyaksikannya berjalan kaki menyusuri kota dengan julukan Tarzan Kota.


    (Red) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini