Oleh : H. A. Ahmad Saransi
Ketika bangsa ini terkoyak, ketika bendera persaudaraan mulai rapuh dan benang kebersamaan terurai, maka saat itulah kita dipanggil untuk menjadi mesin jahit yang menyulam kembali sobekan-sobekan itu dengan benang α¨ᨗα¨ᨗ na α¨ᨛᨙα¨ atau siri’ na pesse, benang harga diri dan empati, benang yang tak mudah putus diterpa zaman.
Dalam kearifan Bugis, α¨ᨗα¨ᨗ siri’ adalah kehormatan yang tak boleh dinodai, sedang α¨ᨛᨙα¨ pesse adalah rasa peduli dan empati yang membuat kita tak sanggup melihat sesama menderita.
Dua nilai inilah yang harus menjadi jarum dan benang untuk merajut kembali kain kebangsaan yang robek.
Karena bangsa ini ibarat sarung sutra Bugis, indah karena tenunannya, kuat karena ikatannya, mulia karena maknanya.
Jika satu helai benang terputus, seluruh pola akan rusak; jika satu warna hilang, seluruh keindahan akan pudar.
Maka, wahai anak negeri, jangan biarkan perbedaan membuat kita tercerai-berai. Jangan biarkan api kebencian melahap kain kebangsaan.
Jadilah mesin jahit peradaban yang tak lelah merajut, yang tak pernah berhenti menyulam, meski sobekan datang silih berganti.
Karena kita adalah satu kain, satu tenunan, satu jiwa. Dan pada akhirnya, kita akan dikenang bukan karena seberapa besar luka yang pernah kita alami, tetapi seberapa indah kita menyulamnya kembali.