Menyambang, Refleksi Budaya dari Dagang Hingga Politik
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates


    Daftar Blog Saya

    Menyambang, Refleksi Budaya dari Dagang Hingga Politik

    Kabartujuhsatu
    Kamis, 23 Februari 2023, Februari 23, 2023 WIB Last Updated 2023-02-24T01:55:06Z
    masukkan script iklan disini
    Illustrasi pihak kepolisian menyambangi calon kades di malam hari H. ( Ist).

    Jakarta, Sebelum barang tiba ditujuan akhir dan ditunggu oleh pembeli bermodal besar, lebih baik didatangi ke tempat asal barang, atau minimal dicegat di tengah jalan yang dilewatinya, sehingga didapatkan harga barang yang lebih murah, sebab pembawa barang tidak perlu jauh mengantar, itulah yang dimaksud dengan manyambang.

    Dalam bahasa Indonesia mungkin bisa disebut menyambang, yang secara harfiah dimaknai dengan mencegat.

    Tapi karena ini bagian strategi dagang, tentu tidak sebatas mencegat untuk mendapat harga lebih murah.

    Mungkin tujuan lainnya ingin mendahului mendapatkan barang yang lebih bagus, melawan monopoli kelompok mapan, sehingga dapat dijual kembali pada tempat yang lain.

    Akan berhasil bila penjual utama atau yang membawa barang mau melepaskan barangnya di tengah jalan, sebab bisa dituduh mengingkari janji pada pembeli akhir yang sudah memesan barang tersebut.

    Bahkan zaman perdagangan Hindia Belanda, strategi manyambang, mampu menaikkan posisi tawar para pedagang kecil, walau hanya menggunakan perahu atau jung, berstrategi mencegat kapal pembawa barang di tengah jalan, sehingga tidak terjadi monopoli, sebab jumlah barang yang diminta pengepul akhir, sudah berkurang saat tiba di pelabuhan.

    Fenomena manyambang, kini juga digunakan dalam soal yang lain.

    Misalnya penentuan posisi jabatan, mulai dari pemerintahan hingga perguruan tinggi.

    Atau surat rekomendasi dukungan syarat pencalonan partai, yang kesemua keputusan akhirnya ditentukan lembaga pusat atau Jakarta, sebelum putusannya sampai, disambangi terlebih dahulu ke pusat kekuasaan, diloby, bahkan diatur hasil keputusan akhirnya.

    Hanya saja, fenomena ini justru terbalik, bukan dilakukan oleh yang kecil melawan yang besar, sebab memerlukan modal dan upaya lebih, maka justru dilakukan oleh yang berduit atau minimal memiliki sponsor.

    Karenanya, dalam setiap perebutan dan posisi yang ditentukan pusat, akan ada yang menawarkan diri menjadi sponsor, sebagai bagian dari peran serta atas upaya meraih posisi tersebut.

    Ungkapan ini memberikan pelajaran, mencegat di tengah jalan, yang semula sebagai strategi dagang dan upaya menolak monopoli, sekarang berubah bentuk menjadi cara pemenangan, agar dapat dipastikan semua hal terkondisikan sesuai harapan, dari pada tidak ada kepastian, lebih baik berusaha manyambang.

    (Red/Noorhalis Majid)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini