Fenomena Pembenaran Kejahatan Yang Dilakukan Secara Terukur
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates


    Daftar Blog Saya

    Fenomena Pembenaran Kejahatan Yang Dilakukan Secara Terukur

    Kabartujuhsatu
    Rabu, 06 April 2022, April 06, 2022 WIB Last Updated 2022-04-06T11:12:31Z
    masukkan script iklan disini
    Illustrasi pejabat berdasi (Ist).

    Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Apapun namanya kejahatan, tetap saja jahat. Tak ada perkecualian atas nama dan istilah apapun. Karena yang namanya kejahatan itu tetap saja kejahatan. Meski kejahatan yang dilakukan itu terukur, seperti lelucon yang tidak lucu dari seorang pejabat publik di negeri yang semakin kacau balau ini. 

    Tapi dengan begitu, toh semua pemirsa dapat mengukur kadar kualitas humor yang murahan dan ceroboh itu, pasti akan tetap mencederai orang lain.

    Karenanya, sumpah serapah pantas dilontarkan oleh siapa pun yang merasa didera oleh perlakuan kejahatannya itu.

    Apalagi dengan  kejahatan yang terukur, karena mulai dari proses perlakuan dari tindak kejahatan yang dilakukan itu pasti dilakukan dengan penuh kesadaran dan perencanaan serta rincian perhitungan yang relatif matang untuk dilakukan, meski dengan cara maupun metode humor yang santun sekali pun.

    Namun dalam khazanah tradisi sosio-budaya kelas kampung, kejahatan yang dilakukan dengan selera humor yang tinggi ini bisa menjadi patok penakar, betapa jauhnya perkembangan ilmu dan tradisi kejahatan yang berkembang di negeri ini. 


    Sehingga kesan untuk hidup dengan cara yang baik-baik, terasa semakin sulit, karena harus menghadapi godaan seperti sedang berada di kampung iblis.

    Kejahatan yang terukur -- dalam  difinisi dan dari perspekrif apa pun tinjauan serta telaah ilmiah akademisnya -- terkesan jadi amat sdlangat melecehkan akal sehat dan dimensi illahiah kemanusiaan. 

    Karena kodrat dan iradat pemberian dari Yang Maha Esa seperti yang juga telah dijadikan falsafah bangsa dan ideologi negara -- Pancasila -- seperti teronggok di keranjang sampah. 

    Tentu lain ceritanya kalau memang ingin menjadi wali para setan, sementara banyak orang di dunia tengah mengidolakan perilaku malaikat dan sifat-safat Tuhan melalui pembelajaran laku spiritual agar tak terbius oleh birahi duniawi.

    Jadi sungguh tragis dan ironis, ada pejabat publik di negeriku ini yang sadar melakukan kejahatan secara terukur yang dipadukan dengan selera humor yang murahan. ***


    Jakarta, 6 April 2022
    Jacob Ereste
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini