Perdebatan Hilangnya Patung Manpres Soeharto di Museum Dharama Bhakti, Begini Faktanya
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Perdebatan Hilangnya Patung Manpres Soeharto di Museum Dharama Bhakti, Begini Faktanya

    Kabartujuhsatu
    Senin, 27 September 2021, September 27, 2021 WIB Last Updated 2021-09-28T03:31:52Z
    masukkan script iklan disini


    Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Terjadi perdebatan akibat hilangnya patung mantan Presiden (Manpres) Indonesia kedua, yakni Soeharto di Museum Dharma Bhakti. Hal tersebut diisukan terjadi karena adanya PKI yang telah masuk ke dalam TNI oleh mantan Panglima TNI Jenderal Purn Gatot Nurmantyo. Selasa, (28/09).


    Tanggapan tersebut dibuktikan dengan pemutaran video pendek pada pergelaran diskusi “TNI VS PKI” Minggu (26/09) lalu,  yang memperlihatkan hilangnya sejumlah bukti-bukti penumpasan G30S/PKI di Markas Kostrad.


    “Mau tidak mau, kita harus mengakui dalam menghadapi pemberontakan G30S/PKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus dan Sarwo Edhi dan peran Jenderal Nasution dan peran KKO, jelas akan dihapuskan dan patung itu tidak ada, bersih,” ujarnya pada diskusi bersama KAHMI dikutip dari laman Youtube Kang Jana Tea.


    Adapun patung yang hilang, yakni patung Soeharto, Letjen Sarwo Edhie Wibowo dan Jenderal AH Nasution beserta 7 pahlawan revolusi lainnya.


    “Saya mendapat informasi walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir-akhir ini disampaikan bahwa siorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution tapi juga 7 pahlawan revolusi sudah tidak ada disana, dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30S/PKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya,” ujar Gatot Nurmantyo.


    Diketahui, mantan Panglima TNI Jenderal Purn Gatot Nurmantyo juga mengutus satu orang untuk datang dan melihat kondisi Museum, didapati kosong dengan bukti video dan foto yang disiarkan dalam diskusi tersebut.


    “Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” katanya.


    Kepala Penerangan Konstrad, Kolonel Inf Haryantana langsung membantah tanggapan tersebut. Ia menyatakan, Kostrad tidak pernah membongkar ataupun menghilangkan patung-patung itu.


    “Bahwa tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edie dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Maskas Kostrad,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (27/09).


    “Tapi, pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide dan untuk ketenangan lahir dan batin,” katanya.


    Penjelasan tersebut sekaligus mengklarifikasi terkait pemberitaan diskusi “TNI VS PKI” yang dilaksanakan Minggu (26/09) malam.


    Kolonel Inf Haryantana menjelaskan patung tersebut diserahkan langsung kepada pembuatnya, yakni Letjen TNI (Purn) Azmyn Yusri atas permintaannya sendiri.


    “Patung itu yang membuat Letjen TNI (Purn) AY (Azmyn Yusri) Nasution saat beliau menjabat Pangkostrad, kemudian pada tanggal 30 Agustus 2021 Pak AY Nasution meminta kepada Pangkostrad Letjed TNI Dudung Abdurrahman untuk diserahkan kembali pada Letjen TNI Purn AY Nasution,” jelasnya.


    Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Muhaimin Iskandar turut menyoroti perdebatan tersebut, ia mengatakan itu seharusnya tidak terjadi, karena PKI sudah masa lalu.


    Sejarah PKI memang tidak dapat dilupakan, namun harus dicegah agar tidak terulang kembali.


    “Sudahlah PKI ini masa lalu. Dan kita cenderung lebih baik saling memaafkan, tapi tidak boleh dilupakan menjadi sejarah pahit yang tidak boleh terjadi lagi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (27/09).


    Gus Muhaimin juga meminta para jajaran TNI untuk fokus ke pengawalan NKRI dan penanganan pandemi Covid-19 daripada ikut dalam pembahasan komunisme.


    (MYG/Lidik)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini