Cerita di Balik Pengiriman Cabai Aceh ke Jakarta, Langkah Inovatif Mentan Amran Jaga Petani dan Stabilitas Harga
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner

    Layanan Publikasi Media Online : Iklan, Berita, Banner
    Klik Gambar Inaproc Kabartujuhsatu di Kolom Pencarian

    Daftar Blog Saya

    Cerita di Balik Pengiriman Cabai Aceh ke Jakarta, Langkah Inovatif Mentan Amran Jaga Petani dan Stabilitas Harga

    Kabartujuhsatu
    Jumat, 19 Desember 2025, Desember 19, 2025 WIB Last Updated 2025-12-19T13:22:03Z
    masukkan script iklan disini


    Jakarta, Kabartujuhsatu.news, Upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas harga pangan sekaligus melindungi petani kembali ditunjukkan oleh Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.


    Kali ini, Mentan Amran mengambil langkah inovatif dengan menyerap langsung 15 ton cabai dari petani di sejumlah sentra produksi di Aceh, lalu mengirimkannya ke Jakarta menggunakan pesawat Hercules milik TNI Angkatan Udara (AU).


    Langkah ini dilakukan sebagai respons atas kondisi pascabencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera, termasuk Aceh.


    Bencana tersebut sempat mengganggu distribusi hasil pertanian dan berpotensi menekan harga di tingkat petani akibat terhambatnya akses pasar.


    Mentan Amran menegaskan bahwa pembelian cabai secara langsung dari petani merupakan bentuk nyata kehadiran negara dalam melindungi petani agar tidak mengalami kerugian, khususnya di tengah situasi darurat.


    “Pesan saya satu. Jangan merugikan petani kita. Kalau perlu, naikkan harganya. Supaya petani untung. Yang penting, jangan rugi,” tegas Mentan Amran kepada awak media saat menerima kedatangan cabai di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Rabu (17/12/2025).


    Menurutnya, petani merupakan fondasi utama ketahanan pangan nasional. Karena itu, negara harus hadir ketika petani menghadapi tekanan, baik akibat bencana alam, gangguan distribusi, maupun fluktuasi harga pasar.


    Pengiriman cabai dilakukan dari Bandara Rembele, Aceh, menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, menggunakan pesawat Hercules TNI AU.


    Langkah ini sekaligus menindaklanjuti arahan Presiden Prabowo Subianto agar armada udara yang mengangkut bantuan logistik ke daerah bencana tidak kembali dalam kondisi kosong.


    “Ini pesawat bolak-balik ke Aceh, angkut bantuan dari pemerintah maupun bantuan dari saudara-saudara kita. Jadi pulangnya kosong. Maka kita manfaatkan untuk angkut hasil panen petani,” ujar Mentan Amran.


    Kebijakan ini dinilai efisien karena tidak hanya mempercepat distribusi hasil pertanian, tetapi juga mengoptimalkan penggunaan aset negara untuk kepentingan rakyat.


    Setibanya di Jakarta, cabai dari Aceh tersebut langsung disalurkan ke pasar induk melalui koordinasi Kementerian Pertanian dengan pedagang di Pusat Informasi Pasar Kramat Jati (PIKJ).


    Langkah ini dilakukan agar cabai segera masuk ke rantai pasok dan dapat menekan potensi gejolak harga di tingkat konsumen.


    Mentan Amran menekankan bahwa distribusi pangan harus dirancang agar seluruh mata rantai, mulai dari petani, pedagang, hingga konsumen, sama-sama mendapatkan manfaat.


    “Kita ingin semua tersenyum. Petani tersenyum, pedagang tersenyum, dan konsumen tersenyum karena harga tetap stabil. Jangan ada yang berteriak salah satunya,” katanya.


    Pengiriman cabai Aceh ke Jakarta ini menjadi contoh konkret pendekatan kolaboratif antara pemerintah pusat, TNI, dan pelaku pasar dalam menjaga stabilitas pangan nasional.


    Di satu sisi, petani terlindungi karena hasil panennya terserap dengan harga yang layak. Di sisi lain, pasokan di daerah konsumsi tetap terjaga sehingga harga tidak melonjak.


    Melalui kebijakan ini, Mentan Amran kembali menegaskan komitmen Kementerian Pertanian untuk memperkuat kehadiran negara dalam sektor pangan, khususnya pada situasi darurat dan pascabencana.


    Tidak hanya sekadar bantuan, tetapi juga solusi berkelanjutan yang memastikan roda ekonomi petani tetap berputar.


    Langkah inovatif ini diharapkan dapat menjadi model distribusi pangan nasional ke depan, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, bencana alam, dan dinamika pasar yang semakin kompleks.


    (Red) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini