Soppeng, Kabartujuhsatu.news, Anggota DPRD Kabupaten Soppeng, Ardi Doma, menyoroti pernyataan Menteri Purbaya Yudhi Sadewa yang mendefinisikan sukses sebagai “mati masuk surga”.
Ardi menyebut pandangan tersebut sebagai definisi baru yang menggugah kesadaran spiritual dan moral di tengah masyarakat modern yang sering menilai kesuksesan dari ukuran materi.
Dalam sebuah diskusi di grup WhatsApp publik, Rabu (15/10/2025), Ardi Doma mengatakan bahwa setelah membaca banyak buku dan kisah sukses para konglomerat, belum pernah ia menemukan definisi sukses seunik yang disampaikan Menteri Purbaya.
“Dari sekian banyak buku yang saya baca dan cerita sukses para konglomerat, tidak ada definisi sukses sebagaimana yang Menteri Purbaya definisikan,” ujar Ardi Doma.
“Menurut Purbaya, sukses adalah mati masuk surga. Luar biasa. Sebuah definisi baru yang menginspirasi saya menulis,” lanjut politisi PDIP asal Soppeng itu.
Pernyataan tersebut sebelumnya disampaikan Menteri Purbaya Yudhi Sadewa dalam konteks refleksi moral kehidupan publik dan ekonomi, yang menekankan bahwa pencapaian sejati manusia tidak hanya diukur dari kekayaan, jabatan, atau prestise sosial, tetapi dari nilai spiritual dan kontribusi kemanusiaan.
Mengguncang Paradigma Umum tentang Kesuksesan
Dalam dunia modern yang didominasi oleh angka, grafik, dan pencapaian finansial, pernyataan “sukses adalah mati masuk surga” dianggap banyak kalangan sebagai pergeseran paradigma penting dari orientasi material ke orientasi makna.
Menurut Ardi Doma, definisi tersebut menyadarkan banyak pihak bahwa kesuksesan sejati bukan sekadar having more, melainkan being more, menjadi pribadi yang lebih berarti, lebih bermanfaat, dan lebih dekat kepada Tuhan.
“Definisi itu sederhana, tapi sangat dalam secara spiritual dan ilmiah.
"Ia menembus batas antara ekonomi dan akhirat,” ujar Ardi dalam refleksi yang ditulisnya bertajuk ‘Definisi Sukses Versi Purbaya: Mati Masuk Surga!’
Landasan Spiritual dan Ilmiah
Ardi mengutip ayat Al-Qur’an dalam surah Ali Imran ayat 185 yang menyebut, “Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung (sukses).”
Ia menilai, ayat tersebut menegaskan bahwa keberhasilan duniawi bersifat sementara, sementara keberhasilan sejati adalah keselamatan di akhirat.
Dalam pandangan psikologi modern, Ardi juga menyinggung teori Abraham Maslow yang menyebut bahwa transendensi atau kebutuhan untuk terhubung dengan makna hidup yang lebih besar adalah puncak tertinggi dalam hierarki kebutuhan manusia.
“Maslow pada akhir hidupnya menyadari bahwa manusia tak akan bahagia hanya dengan pencapaian material. Kebutuhan spiritual dan rasa makna merupakan unsur utama kebahagiaan sejati,” tulis Ardi.
Keseimbangan Dunia dan Akhirat
Meski menekankan pentingnya nilai spiritual, Ardi Doma menegaskan bahwa Islam tidak menolak kesuksesan duniawi. Dunia, kata dia, adalah ladang amal bagi akhirat.
Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW: “Dunia adalah ladang bagi akhirat.”
“Setiap kesuksesan duniawi, kekayaan, jabatan, ilmu, menjadi bermakna bila digunakan untuk menebar manfaat dan mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Ardi.
Menurutnya, keseimbangan antara dunia dan akhirat adalah pesan utama dari firman Allah dalam surah Al-Qashash ayat 77: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia.”
Transformasi Konsep Sukses
Lebih jauh, Ardi menilai konsep sukses versi Purbaya dapat menjadi refleksi moral bagi masyarakat modern yang cenderung menilai keberhasilan dari kekuasaan dan harta.
“Banyak orang sukses secara duniawi tapi hampa secara spiritual. Sebaliknya, banyak orang sederhana yang justru hidupnya penuh kedamaian karena menemukan makna hidup di jalan kebaikan,” ujarnya.
Ia menilai, transformasi konsep sukses harus diarahkan dari egoistik menuju altruistik, dari memiliki menjadi memberi, dari menonjolkan diri menjadi menundukkan hati.
Penutup: Sukses Sejati Adalah Keselamatan
Ardi Doma menutup refleksinya dengan menegaskan bahwa definisi sukses versi Menteri Purbaya mengembalikan manusia pada fitrahnya, bahwa hidup bukan sekadar untuk berkompetisi, tetapi untuk berkontribusi.
“Sukses dunia memang penting, tetapi akan berarti bila menjadi jembatan menuju sukses akhirat. Orang yang cerdas adalah yang menundukkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati,” kutip Ardi dari hadis riwayat Tirmidzi.
Melalui pesan spiritual tersebut, Ardi berharap publik dapat menilai ulang makna sukses dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Ia menulis pesan penutup:
“Sukses sejati bukan diukur dari berapa banyak yang kita miliki, tetapi dari berapa banyak hati yang kita sentuh dan amal yang kita bawa pulang menuju keabadian.”
(Red)