Suta Widhya: Antara Pakistan dan Indonesia, Ngeri-ngeri Sedap
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates


    Daftar Blog Saya

    Suta Widhya: Antara Pakistan dan Indonesia, Ngeri-ngeri Sedap

    Kabartujuhsatu
    Minggu, 10 April 2022, April 10, 2022 WIB Last Updated 2022-04-11T05:31:07Z
    masukkan script iklan disini
    Illustrasi.

    Jakarta, Kabartujuhsatu.news,-Nasib malang menimpa PM Pakistan digulingkan karena berkunjung ke Rusia. Adakah akan terjadi juga di Indonesia bila Putin datang ke G20 di Denpasar, Bali?

    "Seperti kita tahu, Amerika dan para konconya  menolak kehadiran Rusia di G20. Bila  Indonesia masih nekad undang Rusia hadir bisakah peristiwa politik yang sama dengan Pakistan terjadi juga?" Tanya Pengamat Hukum Politik Suta Widhya, Senin (11/4) pagi di tengah lautan demonstrasi mahasiswa di Jakarta. 

    Menurut Suta,  kepemimpinan Imran Khan sebagai Perdana Menteri Pakistan telah tumpas karena bikin kecewa Amerika Serikat. Ia  digulingkan melalui mosi tidak percaya di parlemen.

    Sebanyak 174 anggota parlemen menghendaki Khan lengser. Padahal Khan digulingkan setelah berupaya  memblokir mosi tidak percaya parlemen dengan berbagai cara. 

    Mahkamah Agung Pakistan akhirnya memutuskan Khan dinilai tidak konstitusional dengan menghalangi proses mosi tidak percaya karena mau membubarkan parlemen.

    Syarat mosi tidak percaya di parlemen minimalis  172 suara dari total 342. Ternyata,  mencapai 174 suara atau lebih banyak 2 suara minimalis. 

    "PM Khan menuding  oposisi  bersekongkol dengan Amerika Serikat untuk menggulingkan dirinya. Memang Khan dalam sikap politiknya dikenal condong dekat dengan Cina sebagaimana yang diperlihatkan oleh Jokowi." Tambah Suta. 

    Meski Khan berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan mencoba menggerakkan massa pendukungnya untuk unjuk rasa secara nasional pada Minggu (10/4), namun akhirnya tetap sia-sia.


    “Apapun alasan Khan tidak akan menerima pemerintah yang diimpor dari Asing dan tetap  berjuang dengan massaya, toh tetap tidak mampu memulihkan kekuasaannya," Jelas Suta lebih lanjut Khan. 

    Konstelasi politik di Pakistan dalam beberapa pekan terakhir meninggi tensinya. Putusan Mahkamah Agung pada Kamis malam dinilai sebagai tonggak konstitusi negara tersebut untuk memulihkan parlemen karena mau dibubarkan Khan.

    Manuver politiknya dengan cara menggembosi mosi tidak percaya parlemen yang bertujuan membuatnya lengser.

    Sayangnya ia  sudah ditinggal militer Pakistan yang kuat mendukung sebelumnya. Adalah kekuatan militer yang ikut mengantarkan kemenangan untuk Khan pada Pemilu 2018 lalu. 

    Kubu oposisi semakin gencar terus menyuarakan Khan lengser dalam dua tahun terakhir. Pemerintahan rezim Khan karena dinilai gagal mensejahterahkan rakyatnya sejak tahun 2020.

     "Terlihat kekuasaan semakin tergurus. Salah seorang Senator, Anwaar ul Haq Kakar dari Partai Balochistan Awami (BAP), sekutu koalisi yang menarik dukungan untuk Khan pada akhir Maret." Tutup Suta.

    (Red/Sw)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini