Galau Online Oleh Dr Karim Mpd
  • Jelajahi

    Copyright © kabartujuhsatu.news
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Daftar Blog Saya

    Galau Online Oleh Dr Karim Mpd

    Kabartujuhsatu
    Kamis, 16 Desember 2021, Desember 16, 2021 WIB Last Updated 2021-12-16T10:45:00Z
    masukkan script iklan disini
    Dr. Karim, M.Pd

    Heran, mengapa medsos begitu dipenuhi dengan status galau? Setiap buka medsos (facebook, twetter, whatsapp dan online lainnya), status galau yang mendominasi. 

    Apa pembuat status galau itu sadar kalau statusnya terbaca oleh khalayak ramai? 

    Apa yakin kalau ada solusi dari pembaca yang juga online? Pun setelah meng-upload- status, mereka mengatakan legah. Benar ya, hanya dengan itu langsung legah?

    Apa dengan menunjukkan kegalauan ke publik -semua orang tahu- langsung jadi legah? 

    Itulah mungkin bentuk orang-orang jaman now menuangkan kegalauan. 

    Padahal yang bikin galau, umumnya ulah sendiri, Galaunya pun macam-macam. 

    Sampai galau urusan yang sangat pribadi pun ada, Heran benar orang jaman now. 

    Hampir semua galau di-online-kan. Apalagi kalau menurutnya galau karena seseorang, Cepat-cepat distatus online-kan, Padahal orang yang menjadi penyebab galaunya belum tentu membacanya.

    Apakah galau online di medsos itu bentuk ‘merdeka’? Bebas menuangkan perasaan. Bebas menuangkan unek-unek. 

    Bebas mengeluh, Itukah merdeka? Apakah ini bentuk merdeka di era industry 4.0 bagi orang jaman now?.

    Hampir setiap orang punya handphone android. 

    Begitu mudah mengakses medsos dengan android itu. Android itulah tempat curhat dan galau, kegunaan yang paling sering dan meluas untuk khalayak. 

    Benarkah karena android? Ataukah karena orang jaman now suka ‘baper’, Sedikit-sedikit bawa perasaan.

    Tidak bisa juga menjadi simpulan kalau orang jaman now lemah menghadapi masalah. 

    Fulgar menuangkan galau secara terbuka dan ‘online’. 

    Seolah tidak tegar menghadapi masalah sendirian. 

    Seolah tidak mampu cari solusi sendiri dari masalahnya. 

    Senang kalau galaunya ditahu banyak orang. 

    Medsoslah tempatnya untuk curhat, Atau seperti apakah?

    Atau ini memang pergeseran karakter dalam menghadapi masalah.

    Yang terpenting, menjaga eksistensi karakter bukan tidak perlu galau. Galau itu manusiawi. 

    Curhat itu biasa sebagai manusia, sebagai makhluk, tentunya tidak sempurna. 

    Ada masalah, galaulah, Tapi menyebar kegalauan di medsos itu yang bisa menimbulkan masalah.

    Padahal orang-orang dulu sangat pantang menunjukkan kegalauannya. 

    Tidak curhat walaupun sesungguhnya galau. 

    Walaupun kepada sahabat, keluarga dan orang terdekatnya. 

    Betapa orang dulu menjaga ‘privasi’nya untuk tidak ditahu orang lain, orang terdekat sekalipun. 

    Galau bagi mereka adalah privasi, rahasia yang selalu dijaganya. 

    Bahkan, segalau apapun, tetap terlihat tegar, biasa aja, seolah tak ada apa-apa pada dirinya. 

    Tegar seperti tak ada kegalauan, Biasa saja dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. 

    Selalu ceriah, selalu menghindari prasangka negatif orang lain pada dirinya. 

    Orang lain yang melihatnya tak mampu berprangka jika ada galau. 

    Galau itupun hilang seiring berjalannya waktu. Tak seorangpun tahu, hilang begitu saja tanpa nasehat atau wejangan dari orang terdekat sekalipun.

    Apakah karena orang dulu tidak punya android? Apakah karena orang dulu memang tegar menghadapi masalah? Apakah orang dulu tertutup? Atau beruntunglah orang jaman now yang punya android untuk mengungkap kegalauan.

    Status galau tidak hanya setiap hari, tapi bahkan setiap detik. 

    Malah satu orang buat status berkali-kali setiap hari. 

    Sampai-sampai lupa kalau galaunya dapat menyinggung perasaan orang pembacanya. 

    Bisa benar menurut pembuatnya, tapi hoaks bagi pembacanya. 

    Karena status tidak ditimbang-timbang sebelum diupload. 

    Status online yang menyinggung dan hoaks bertebaran di Medsos, tidak jadi soal. 

    Yang penting jadi status. Setelah bertanya ke rekan kerja dan beberapa sahabat, mereka mengatakan tidak kebayang kalau medsos didominasi status galau. Pembaca pun ikut galau. 

    Galau terakumulasi, Terciptalah dunia galau hanya karena dunia maya, bukan karena dunia nyata. 

    Ironinya, dunia nyata pun ikut galau, Kebayang tidak, Miriskan, dunia nyata kocar kacir hanya karena dunia maya galau. 

    Kita semua tidak ingin, dunia nyata ini dibawa ke masa depan dengan galau serta hoaks. 

    Pastilah……
    Pemerhati Sosial, Budaya dan Pendidikan.

    Published : ARS
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini